top of page

Mengelola Komunitas di Facebook Group dengan Lebih Baik

Updated: Nov 26, 2018


Diskusi seru tentang mengelola komunitas bareng Facebook

Siapa yang punya akun Facebook? Digunakan untuk apa saja selama ini? Facebook tak sekadar menjalin pertemanan seperti saya mengirim friend request ke A, disetujui, lalu selesai. Dalam diskusi kali ini, saya belajar mengenai Facebook Group dan dampaknya untuk mengelola komunitas.


Uni Eci memperkenalkan komunitas Ibu Profesional pada para peserta

Kita tak pernah tahu takjub apa yang pagi bawa setiap hari. Begitu pula pagi itu, 7 November 2018, saya mendapat kesempatan istimewa menghadiri Facebook Community Leaders Workshop bersama Ketua Komunitas Ibu Profesional Yesi Dwi Fitria dan Founder Ibu Profesional Septi Peni Wulandani.


Pada pertemuan di Ruang Komunal Indonesia dari Facebook, Ibu Profesional hadir bersama berbagai komunitas yang mengelola komunitasnya melalui Facebook Group. Di sini para admin berbagi pengalaman, tantangan, dan harapan agar Facebook Group semakin memudahkan pengelolaan komunitas.


Seperti yang saya singgung di awal, Facebook bukan hanya media sosial untuk pertemanan. Avani Parekh sebagai host kali ini menjelaskan Facebook Group memiliki tujuan untuk give people the power to build community and bring the world close together.


Awal terbentuknya komunitas umumnya dimulai dari “I wanna help”. Dari titik itu, komunitas semakin meluaskan dampak positifnya sebagai tempat di mana member merasa memiliki, berjejaring, juga rasa aman.


Facebook Group
give people the power to build community and bring the world close together

Semakin besar member suatu komunitas, semakin besar pula tantangan mengelolanya. Maka, dalam focus group discussion kali ini, para peserta membahas pengelolaan aktivitas komunitas khususnya di Facebook Group. Dari hasil diskusi tersebut, kami menyadari ada beberapa tantangan menggunakan Facebook Group, antara lain:


1. Banyaknya spammer membagikan konten yang tidak relevan dan hoax.

2. Notifikasi pesan yang terlambat muncul.

3. Screening calon anggota yang sesuai dengan aturan grup tersebut. Kalau hanya 10 request yang masuk, masih oke lah bisa kepo-in satu-persatu. Bagaimana dengan 2000 request calon member setiap hari? PR banget, ya, harus screening satu persatu.

4. Pertanyaan yang diulang-ulang, terutama dari member baru.

5. Mencari topik yang pernah dibahas terdahulu membutuhkan waktu yang lama untuk scrolling linimasa, apalagi bila lupa kata kunci.

6. Konten pembahasan di grup yang sifatnya sensitif di-capture dan disebarkan keluar grup.

7. Menulis di grup tidak bisa atas nama admin, yang muncul adalah nama personal, sehingga rancu apakah ini pos atas nama grup atau pribadi.

8. Tidak ada fitur Facebook Ads untuk mempromosikan grup.

9. Menghubungkan satu grup dengan grup lain atau dengan laman (page) lain.


Avani Parekh menjelaskan manfaat Facebook Group

Hal-hal di atas ada yang sebenarnya sudah diakomodir oleh Facebook tetapi mungkin penempatannya kurang terlihat, ada pula yang menjadi masukan bagi Facebook untuk memperbaiki fitur-fitur di Facebook Group agar aktivitas dalam grup menjadi lebih baik.



Facebook Community Leadership Program


Renata Aryanti selaku Head of Engineering Facebook menjelaskan misi Facebook Group untuk menghubungkan setiap orang ke meaningful communities. Meaningful di sini agar komunitas dan member benar-benar mendapat manfaat. Contohnya, komunitas Surviving Hijab yang diinisiasi oleh Manal Rostom dari Mesir. Selama ini pengguna hijab kesulitan memilih pakaian olahraga. Manal kemudian mengirim surat ke Nike mengenai hal ini. Hasilnya, Nike mengeluarkan koleksi pakaian olahraga untuk pengguna hijab.


Oktober lalu, Facebook mengadakan Facebook Community Leadership Program (FCLP) 2018 sebagai dukungan pada komunitas-komunitas yang ada di seluruh dunia. Kebutuhan community leaders secara garis besar ada empat, yaitu: tools, belief, support, dan funds. Melalui FCLP, Facebook memberikan dukungan berupa educational curriculum, funding, dan network of support untuk para community leader.


Suatu kebanggaan bahwa Ibu Profesional terpilih menjadi salah satu dari 115 partisipan FCLP 2018 di kantor pusat Facebook. Dari Indonesia hanya ada dua perwakilan, Ibu Profesional dan Single Moms Indonesia.


Maureen Hitipeuw, founder Single Moms Indonesia (SMI), memulai komunitasnya untuk saling menguatkan para ibu tunggal dan mengubah stigma negatif kata “janda”. Saat ini member SMI mencapai 800-an member dengan usia terbanyak 27-41 tahun.


SMI mengadakan berbagai kegiatan seperti SMITalk, SMIPreneur, SMIBerbagi, dan SMIWorkshop. Dengan mengikuti FCLP 2018, Maureen berharap semakin memperluas jangkauan ke single moms. SMI yakin single moms dapat berprestasi dan hidup bahagia.


Bu Septi menceritakan awal mula Ibu Profesional

Septi Peni Wulandani lewat Ibu Profesional mengubah imej “ibu” dengan rutinitas tugas domestik menjadi lebih profesional dalam menjalankan setiap perannya. Seorang ibu yang dipandang gaptek dapat menjadi hi-tech bila rutin belajar setiap hari.


Sekitar 21.500 member telah menjadi bagian dalam komunitas Ibu Profesional, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Dengan mengikuti FCLP 2018, Bu Septi berharap dapat menambah impact untuk para ibu, khususnya di Indonesia.

Nyempil di antara ibu-ibu profesional

Hari yang luar biasa bagi saya dapat menghadiri acara penuh orang-orang inspiratif. Terima kasih Ibu Profesional atas kesempatannya.


If you want to go fast, go alone.

If you want to go far, go together.



Salam,

162 views0 comments
bottom of page