top of page

Berita Baik Ibu Profesional Garut: Wisuda Akbar IIP, Milad IP Garut dan Seminar Parenting

Menjadi Smart Parents di Era Milenial

Oleh Manager Media Komunikasi Ibu Profesional Garut


Akhir tahun kemarin, tepatnya Rabu 18 Desember 2019 Ibu Profesional Garut mengadakan 3 agenda dalam 1 rangkaian acara, yaitu Wisuda Kelas Matrikulasi Batch 6 & 7, Wisuda Kelas Bunda Sayang Batch 3 & 4, Milad Ibu Profesional Garut dan Seminar Parenting. Seminar Parenting diisi oleh Ustad Aad (Drs. Adriano Rusfi) yang sudah tidak asing lagi di telinga penggiat parenting. Materi yang disampaikan ialah mengenai “Menjadi Smart Parents di Era Milenial”.


Acara yang dihelat di Hotel Harmoni Garut ini dimulai pukul 7.00 dengan kegiatan awal registrasi peserta. Dilanjutkan dengan pembukaan acara oleh MC, Lukman Nulhakim, S.Pd dan Titi Purwitasari. Kemudian disambung dengan pembacaan ayat suci Al Quran dan saritilawah oleh Nunung Syayidah dan Annisatul Munawaroh. Sebelum memasuki acara inti, didahului dengan sambutan Ketua Panitia, Yessy Setiawati, sambutan Leader IP Garut, Alia Nur Mutmainah, dan sambutan Penasehat IP Garut, Yayah Kusmariah. Di luar ruangan seminar sudah ada 6 stand yang mengikuti bazaar.


Memasuki acara utama, calon wisudawati yang sudah mengikuti rangkaian perkuliahan Matrikulasi dan Bunda Sayang bersiap untuk dikukuhkan kelulusannya menjadi wisudawati. Juga ada acara pelantikan Pengurus Ibu Profesional Garut New Chapter 2020.



Acara utama yang ditunggu ialah Seminar Parenting dari Ustad Aad. Peserta acara sebanyak 109 orang sangat antusias dengan pemaparan materi. Tidak hanya para ibu yang semangat belajar mengenai ilmu yang menjadi acuan mengasuh ini, para ayah pun berapi-api menorehkan ilmu dan mempraktikkannya. Sesi tanya jawab juga ramai oleh acungan tangan para penanya. Hadiah-hadiah dari sponsor membanjiri saat pembagian doorprize.


Menurut Ustad Aad, di era sekarang yang sering disebut jaman now, tantangan orang tua makin hebat. Akses dan arus masuknya informasi yang luar biasa. Orang-orang sangat bergantung dan percaya pada informasi internet, padahal sampai kiamat pun manusia itu akan membutuhkan guru, yang membantunya menuju ilmu dan pemahaman yang benar.


Saat ini perubahan terjadi begitu cepat. Perusahaan-perusahaan besar hanya bisa merencanakan kegiatannya untuk 2 tahun ke depan. Hal ini karena sulitnya meramalkan kejadian esok hari. Di jaman sekarang ini juga, tidak bisa orang-orang terlepas dari gawainya. Bahkan hal ini bisa menyebabkan penyakit Schizophrenia, yaitu tidak bisa membedakan mana dunia nyata mana dunia maya.


Munculnya adab perilaku dan bahasa yang buruk terlihat dari bahasa sudah mulai kacau. Karena bahasa menggambarkan cara berpikir seseorang. Kekacauan bahasa ini mempengaruhi kekacauan pikiran, adab dan akhlak. Hal yang terlihat jelas di era milenial ini ialah selisih antara akil dan baligh yang semakin lebar. Akil ialah akal yang menjadi dewasa, sedangkan baligh ialah fisik yang menjadi dewasa. Faktanya sekarang, anak usia 9 tahun sudah baligh namun baru akil pada usia 27 tahun. Dari hasil penelitian, di tahun 2023 nanti, anak dengan usia 7 tahun sudah baligh dan akilnya di usia 30 tahun. Artinya ada rentang 23 tahun anak dikuasai oleh nafsu.


Lalu bagaimana menghadapi era disrupsi (perubahan cepat) ini? Pertama, orang tua bersama anak belajar menjadi subyek bukan obyek agar mampu berselancar bersama perubahan bukan tenggelam bersama gelombang perubahan. Bentuk rasa percaya diri anak-anak, bahwa manusia diciptakan Allah. Artinya tidak ada anak yang sama, semua unik. Sekalipun anak kembar. Semua manusia nomor 1, tidak ada yang cacat. Manusia sudah diciptakan sebaik baiknya ciptaan.


Kedua, aktualisasikan potensi anak, semua sudah sesuai dengan tantangan yang anak alami dari lahir sampai meninggal. Allah tidak pernah dzolim, Allah telah menyiapkan semua perangkat dalam dirinya. Allah menciptakan manusia link and match. Hal ini merupakan salah satu ilmu tauhid. Jika ada 4 anak, artinya ada 4 Ilmu parenting yang di-install dalam diri orangtuanya.


Ketiga, semaikan akidah perubahan. Semua sudah tertuang dalam Al Quran dan Sunnah, tidak perlu panik, mari kita kembali pada tuntunan dan pedoman hidup kita. Keempat, ajarkan bahwa perubahan itu sunatullah. Kelima, Dare to Changing bukan Dare to Change. Mari didik anak-anak kita untuk mencintai perubahan bukan berani berubah. Berubah itu melelahkan tapi ajarkan dia sebagai pencipta perubahan. "Ajarkan dia melihat potensinya dan jadi agen perubahan lewat potensinya" Jika semua orang berpikir fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan, maka semua orang bisa menjadi pemenang.


Keenam, didik anak menjadi berkarakter dan unik, katakan "mencoba jadi pemenang dengan caramu sendiri". Fokus pada potensi diri yang Allah berikan. Di usia 0-15 tahun, waktunya pembentukan karakter. Di usia 15-40 tahun, masa menghebatkan diri dengan potensi. Setalah 40 tahun, ialah golden age. Sesuai dengan pesan Nabi Muhammad "⅓ umur terakhir umatku adalah yang hidup dari ashar ke magrib. Di usia ini ialah saatnya berburu puncak-puncak kehidupan.


Ketujuh, mendidik anak visioner untuk kehidupan yang panjang hingga akhirat. Salah satu yang bisa membuat bertahan adalah hidup dengan apa yang tidak dimiliki orang lain. Bekali anak dengan visi untuk bekal masa depan, karena 1000 kompetensi akan kadaluarsa. Visi terbaik ialah visi AlQuran dan Sunnah.


Acara ditutup menjelang maghrib dengan perasaan bahagia para peserta dan panitia. Tak lupa putra-putri peserta yang merasa senang telah bermain di Kids Corner. Sampai jumpa di acara tahunan berikutnya!





65 views0 comments
bottom of page