Data Adipura DLKH 2015-2016 menunjukkan presentase sampah rumah tangga 57%-nya didominasi oleh sampah organik yang didominasi oleh sampah sisa makanan, kayu, ranting dan daun.
Bunda, dengan mengolah sampah organik rumah tangga tentu akan mengurangi timbunan sampah di TPA. Ember tumpuk yang terbuat dari ember bekas cat bisa dimanfaatkan untuk komposter sampah organik dari dapur keluarga. Bunda bisa membuatnya sendiri di rumah, bahkan bisa dijadikan sebagai proyek keluarga.
Ember tumpuk menjadi pilihan karena ini merupakan cara yang paling praktis dan minim bau. Air lindi yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman kesayangan. Setelah 4 bulan menggunakan ember tumpuk sebayak 2 buah, kami sudah panen air lindi sebanyak 2 ember dan kami belum panen kompos serta larva Hi sampai sekarang.
Ember tumpuk kami peroleh dari sharing Bapak Nasih Widya Yuwono dari Fakultas Pertanian UGM.
Bahan untuk Membuat DIY Ember Tumpuk
2 buah ember bekas cat, lengkap dengan tutupnya.
1 buah kran.
Cara Membuat Ember Tumpuk
1. Ember bawah. Ember bawah disiapkan dengan memasang kran (pilih kran dispenser yang ada seal ganda agar rapat), posisi di samping bawah ember sekitar 5 cm di atas dasar. Tutup ember dipotong, diambil bagian tepinya saja, digunakan sebagai penyangga ember atas. Fungsi ember bawah sebagai penampung lindi, yang kemudian akan diolah menjadi pupuk organik cair.
2. Ember atas. Ember atas disiapkan dengan membuat lubang-lubang kecil (diameter 5 mm) sebanyak mungkin pada bagian bawah untuk pengatusan. Buat lubang kecil sebanyak 4 buah (diameter 5 mm), pada bagian samping atas ember di bawah tutup. Fungsi lubang kecil untuk mengatur sirkulasi udara dan tempat masuk telur atau larva muda yang baru saja menetas. Fungsi ember atas sebagai penampung sampah yang diolah.
Cara Kerja Ember Tumpuk sebagai Komposter Pengurai Sampah Organik dari Dapur Keluarga
1. Masukkan buah, boleh buah yang masih segar maupun buah busuk secara berkala ke dalam ember, apa adanya, tidak perlu dipotong atau dicuci. Tutup kembali ember dengan rapat sehingga tidak ada lalat yang berkerumun masuk. Dalam suasana panas dan lembab di dalam ember, mikrobia bawaan dari buah akan cepat berkembang. Aroma senyawa volatil yang dihasilkan akan keluar melalui lubang kecil, mengundang induk lalat Hi untuk datang meletakkan telur.
2. Dalam beberapa jam telur akan menetas, menjadi larva muda dan bergerak masuk menuju material buah yang mulai terombak. Tunggu sampai larva Hi terlihat banyak dan aktif bekerja. Biasanya proses ini memakan waktu 2 minggu. Baru dapat ditambahkan sampah yang mudah busuk lainnya (sayuran atau sisa dapur). Sampah dapur dapat dimasukkan secara berkala, sampai ember penuh.
3. Lindi yang dihasilkan dibiarkan saja dalam ember bawah, tunggu setelah 2 bulan baru dapat diteruskan dengan proses pematangan menjadi pupuk organik cair (POC).
Cara Pematangan Lindi
Cara pematangan dilakukan dengan membuka kran, masukkan lindi ke dalam botol bening, 2 setengah bagian saja, tutup dikendorkan, jemur di terik matahari sampai warna berubah menjadi hitam coklat dan aroma lembut di hidung.
Pupuk organik cair (POC) yang sudah jadi dapat dipakai dengan cara diencerkan menjadi 5%, sekitar 3 sendok makan POC ditambah air 1 liter. POC dapat pula disimpan dalam drum tanpa batas kadaluwarsa, untuk digunakan pada musim berikutnya.
Larva Hi dan Kompos
Larva Hi dan kompos, dapat dipanen secara berkala. Larva Hi (maggot) mengandung protein sekitar 40% dan lemak 30% sangat baik dipakai sebagai pakan ikan atau ayam. Maggot dapat diberikan langsung atau ditepungkan terlebih dahulu.
Kompos yang dihasilkan dapat ditiriskan dan ayak untuk dipakai langsung. Kompos dapat juga dipakai sebagai sumber mikroba perombak untuk pengomposan bahan yang lain seperti kotoran kandang ternak atau dedaunan.
***
Sederhana kan, seru banget membayangkan keluarga Bunda bersama-sama membuat ember tumpuk sebagai pengurai sampah organik di dapur keluarga. Sampah dapur kami yang dominan sampah organik, enggak lagi wira-wiri ke TPA untuk membuangnya setiap hari.
Meski belum zero waste, kami cukup gembira karena sampah di dapur hanya tersisa sampah kering yang setelah dipilah-pilih bisa kami berikan kepada pak pemulung dan sampah lain di buang ke TPA sebulan sekali.
Penulis: Widi Utami, Tim Medkom Ibu Profesional
Comments