top of page

Konferensi Perempuan Indonesia : Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia

Konferensi Perempuan Indonesia yang digagas oleh Komunitas Ibu Profesional tahun ini sukses terselenggara. Event akbar dua tahunan yang diadakan sejak tahun 2019 ini merupakan konferensi ketiga dengan mengusung tema Menguatkan Akar Gerakan Perempuan Indonesia. Pada kesempatan kali ini, konferensi diselenggarakan dalam dua sesi yaitu secara online pada 20-22 Desember 2023 dan secara offline di Batu, Malang, Jawa Timur pada 9-11 Februari 2024.



“Sebagaimana kita tahu angin kencang tidak sedang menguji batang, tetapi menguji akar,” ujar Septi Peni Wulandari, founder Ibu Profesional yang menjelaskan makna di balik pemilihan tema menguatkan akar gerakan perempuan.


Di hari terakhir konferensi online, lebih dari 500 orang peserta bergerak dan bersuara dalam Deklarasi Perempuan Indonesia 2023. Terdapat lima poin akar yang digaungkan oleh perempuan Indonesia:

Kami Perempuan Indonesia berkomitmen untuk:

  1. Aku dan Diriku: Senantiasa mengenali akar diri, menggali potensi dan meningkatkan kapasitas diri sebagai perempuan yang merdeka

  2. Aku dan Keluargaku: Senantiasa membangun support system agar mampu menghidupkan peran diri penuh kemanfaatan, sebagai anggota keluarga yang setara

  3. Aku dan Komunitasku: Senantiasa mengasah empati agar mampu menghidupkan peran diri penuh kemanfaatan, sebagai anggota komunitas yang aktif

  4. Aku dan Ekosistem: Senantiasa berupaya saling mengenal, berinteraksi sosial, membentuk jejaring yang berpihak pada perempuan dan anak secara sehat,

  5. Aku dan Negaraku: Saling bersinergi untuk merawat akar gerakan, mewujudkan ragam aksi yang akan menjadi solusi bangsa ini mewujudkan Indonesia Emas 2045


Rangkaian acara KPI Online disambung dengan event offline untuk mempertemukan seluruh perempuan Indonesia dan membangun jaringan yang menguatkan akar gerakan perempuan. Sebanyak 130 perempuan Indonesia dari berbagai daerah mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, bahkan mancanegara seperti Yaman dan Belanda menunjukkan antusiasme dalam mengikuti acara KPI.


Prosesi pembukaan KPI dimulai dengan tarian adat Banyuwangi yaitu Tari Tanjung Gumirah yang mengiringi masuknya founder bersama jajaran pengurus Ibu Profesional. Tari ini menggambarkan tentang nilai-nilai toleransi, cinta, dan gotong royong yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.


Acara dibuka dengan ditandai penekanan bel oleh Inisiator Ibu Profesional, Founder Ibu Profesional, Ketua Yayasan Ibu Profesional, Majelis Wali Amanat Ibu Profesional, serta Penanggung Jawab KPI. Acara offline KPI menjadi momentum bagi para peserta untuk berbagi inspirasi, pengetahuan, serta memperluas jejaring dan kolaborasi dalam menciptakan gerakan yang memberdayakan perempuan di Indonesia.


“Event ini bukan hanya sekedar mendengarkan, memahami makna, mendapatkan insight, tetapi event ini adalah event yang menggerakkan. Menggerakkan Anda sebagai individu, komunitas, bagian dari keluarga, dan bersama membangun ekosistem yang sehat,” ujar Septi Peni dalam sambutannya.





Serangkaian acara dan diskusi inspiratif berjalan sepanjang tiga hari. Setiap sesi acara dikemas dengan pendekatan permainan tradisional sebagai bentuk kepedulian untuk menguatkan akar budaya Indonesia. Seperti sesi Sapintrong misalnya, seluruh peserta diajak untuk bermain Sapintrong sebagai analogi bagaimana setiap perempuan Indonesia berani menatap tantangan ke depan yang lebih tinggi dengan mengatur strategi.


Proses KPI diakhiri dengan sesi Layangan di mana setiap peserta saling bertukar layangan sebagai simbol bahwa perempuan Indonesia berhak untuk membawa mimpinya setinggi terbangnya layangan di angkasa. Tidak hanya berhenti di hari terakhir saja, gaung KPI sudah siap disambut oleh panitia Konferensi Perempuan Indonesia 2025. Sejumlah 6 orang peserta bersemangat menerima tantangan untuk membawa mimpi KPI berikutnya yang akan diselenggarakan di Indonesia Timur.


Hadirnya KPI menjadi bukti komitmen Ibu Profesional pada pendidikan dan pemberdayaan perempuan. KPI menjadikan perempuan Indonesia dalam bertumbuh tidak akan melupakan akarnya yaitu jati dirinya. KPI mendorong para ibu Indonesia yang melakukan gerakan perubahan untuk selalu menguatkan akarnya yaitu keluarga. Harapannya melalui KPI setiap gerakan perempuan Indonesia akan selalu berakar pada budaya.



58 views1 comment
bottom of page