top of page

Menumbuhkan Self Confidence pada anak yang memiliki Trauma Verbal Bullying

Jurnal Leader#4

Bunsay Leader

Februari 2019

Disusun oleh: Riefki Amalia

___

Menumbuhkan Self Confidence pada anak yang memiliki Trauma Verbal Bullying


Self Confidence adalah salah satu kecerdasan intrapersonal yang harus anak kita miliki. Kecerdasan ini erat kaitannya dengan Finding the Truth of You dimana anak mengerti dan bisa memahami dirinya sendiri. Dengan begitu mereka akan mampu menganalisis diri baik itu mengenal kekuatan atau kelemahan yang dimiliki juga mampu menyadari perasaan, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.


Ciri-ciri anak dengan kecerdasan intrapersonal adalah :

  • Memiliki kemauan yang kuat

  • Memiliki rasa percaya diri (Self Confidence) yang tinggi

  • Banyak belajar dari kesalahan masa lalu

  • Fokus dan terarah pada pencapaian tujuan


Salah satu hal yang menjadi fokus saya saat ini adalah mengenai Self Confidence dimana kepercayaan diri ini muncul bukan karena suatu kebetulan atau tiba-tiba, tetapi melalui proses dalam menumbuhkannya secara bertahap. Lalu bagaimana dengan anak yang kemudian menjadi tidak percaya diri karena pernah menjadi korban bullying?


Ya! Contoh yang sangat nyata terjadi pada anak sulung saya yang usianya kini 12 tahun. Semenjak ia menjadi korban bullying di sekolahnya, self confidence nya menurun drastis bahkan pernah mengalami krisis kepercayaan diri yang membuatnya membenci sekolah dan tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi. Peristiwa itu memang terjadi 3 tahun yang silam saat ia duduk di bangku kelas IV SD. Namun sampai saat ini, saya masih terus berusaha mengembalikan rasa percaya dirinya yang dulu. Saya sadari betul ternyata menumbuhkan self confidence pada anak yang memiliki trauma verbal bullying itu bukanlah perkara yang mudah.


Banyak cara yang sudah saya lakukan untuk bisa memulihkan krisis kepercayaan diri anak saya akibat trauma bullying tersebut. Alhamdulillah perlahan self confidence nya sudah mulai tumbuh kembali meskipun belum seutuhnya. Ini akan menjadi tantangan terbesar karena saya tahu ia memiliki potensi yang besar pula dalam prestasinya. Saya tidak ingin trauma bullying menjadikannya pribadi yang minder dan tertutup yang bisa menghambat kecerdasan yang ia sudah miliki.


Apa saja yang sudah saya lakukan selama hampir 3 tahun ini untuk bisa menumbuhkan kembali self confidence nya? Sehingga secara perlahan rasa bencinya pada sekolah memudar dan keinginan untuk berhenti sekolah pun ia urungkan. Mari kita lihat lebih jelasnya pada gambar yang terdapat pada link dibawah ini :

Gambar. 1 : Edited by. Canva

Akui dan Pahami Perasaannya

Dengan mengakui dan memahami perasaannya saat anak dibully adalah salah satu bentuk penerimaan baginya. Kita berusaha membayangkan bila kita berada pada posisinya sekarang.


Cara ini setidaknya bisa membuatnya tidak menjadi pribadi yang tertutup karena menyadari ada orang lain yang bisa merasakan perasaan yang ia rasakan saat dibully. Karena tak jarang saat anak bercerita tentang pengalamannya di bully di sekolah, kita seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan juga menyudutkannya karena ia tidak mampu membalas bully an tersebut.


Ini adalah cara awal saya menyikapi anak saat dibully. Setiap pulang sekolah menangis, nilai akademik turun drastis bahkan sampai mogok sekolah. Saat itu yang saya lakukan adalah mengakui perasaan sedih dan marahnya karena dibully di sekolah. Saya peluk dan membiarkan ia melepaskan kesedihan juga kemarahannya, setelah reda baru saya tanyakan kronologi kejadiannya dengan mendengarkan ceritanya secara seksama lalu berusaha memahami situasinya. Biasanya saya juga memberikan jeda untuk menetralkan amarahnya dengan izin tidak masuk sekolah beberapa hari. Tujuannya ya untuk mengembalikan perasaannya meskipun itu tidak mudah.


Berikan Dukungan dan Kepercayaan

Memberikan dukungan secara moril sangat dibutuhkan oleh anak korban bullying. Selain itu, kepercayaan untuk bisa melawan pembully secara elegan juga penting dilakukan agar ia mampu mengendalikan dirinya sendiri saat di bully.

Ya! Saya berikan recharge kepercayaan yang sebenarnya sudah saya berikan jauh sebelum ia menjadi korban bully. Kepercayaan disini lebih kepada percaya bahwa ia bisa mengatasi bully an ini dengan self defense yang saya ajarkan kepadanya, juga dukungan penuh bahwa ia bisa melawan bully an ini dengan rasa percaya diri yang maksimal.


Mengajarkan Anak untuk berkomunikasi secara Asertif

Anak yang memiliki kemampuan asertif dapat merespon secara efektif situasi yang berada di sekitarnya. Dalam hal ini, respon yang diberikan kalem dan positif tanpa terlihat agresif maupun pasif. Ini yang saya maksud melawan pembully dengan cara yang elegan.

Anak yang membully itu sebenarnya hanya butuh perhatian. Dia kurang diperhatikan bahkan kurang kasih sayang oleh orang tuanya, makanya dia mencari perhatian itu dengan cara membully temannya. Hal inilah yang sering saya sounding kepada anak saya, justru saya memintanya untuk mengasihani temannya yang membully dengan tetap sopan membalas bully an nya. Meskipun butuh proses, tapi rupanya cara ini lumayan berhasil.


Luangkan Waktu untuk melakukan Kegiatan Bersama

Dengan memberikan waktu juga perhatian kepada anak korban bully bisa meminimalisir perasaan terabaikan yang biasanya dirasakan saat dibully. Melakukan kegiatan bersamanya bisa membuat self confidence nya tumbuh secara perlahan.

Sesaat setelah tahu kalau anak saya jadi korban bully, dari situ saya lebih intens memberikan waktu bersama dengannya. Menanyakan perasaannya dan menjadi pendengar yang baik setiap ia membutuhkan. Saya bahkan membuat mini project yang saya namakan dengan "family project". Project sederhana yang dilakukan di rumah namun melibatkan semua anggota keluarga.


Berikan Tanggung jawab

Seringkali korban bullying menerima kata-kata intimidasi yang menegaskan bahwa ia tidak berguna sama sekali. Dengan memberikan tugas-tugas yang bisa dilakukan olehnya dapat menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri.

Tanggung jawab yang dimaksud justru saya awali dari persoalan sekolah. Tujuannya supaya ia bisa terbiasa dengan lingkungan sekolah dan juga bisa mengembangkan rasa percaya dirinya. Saya memberikan tanggung jawab kepadanya untuk bisa menunjukkan prestasi baik akademik maupun non akademik karena sebelumnya memang sebelum menjadi korban bully ia selalu mendapatkan peringkat satu di sekolah. Perlahan namun pasti, ia pun berhasil menunjukkan kembali prestasinya itu saat mendapatkan peringkat 10 besar untuk nilai UN tertinggi di sekolah.


Berikan Pujian dan Apresiasi secara tulus

Pujian yang diberikan pada anak korban bully dapat membuatnya merasa dihargai. Meskipun hasilnya belum memuaskan, kita bisa memberikan pujian pada perjuangan yang telah ia lakukan. Untuk anak korban bullying, sikap dihargai ini sangat perlu ditekankan.

Apapun yang sudah ia lakukan baik itu berhasil atau tidak, saya selalu memberikan penghargaan atas kerja kerasnya. Dan tak luput memberikan pujian dan apresiasi jika ia berhasil menaklukkan ketakutannya sendiri dalam menghadapi sesuatu.


Memahami kembali Konsep Diri

Dari beberapa cara diatas yang selama ini saya lakukan secara intens kepada anak sulung saya sedikit banyaknya sudah bisa terlihat perubahan yang signifikan meskipun terkadang ada beberapa situasi yang masih butuh proses untuk memulihkannya.


Kaitannya dengan Self Confidence ini sangatlah mempengaruhi ruang geraknya dalam bersosialisasi. Awalnya ia selalu merasa sangat tidak nyaman ketika berada di lingkungan yang baru. Ya, karena rasa minder dan takut dibully terkadang masih melekat di ingatannya. Kini, perlahan ia sudah mampu membangun Self Confidence nya dengan terjun di kegiatan ekstrakurikuler sekolah (OSIS) dan beberapa kali juga mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak sekolah.


Intinya, dari bullying itu ia justru banyak belajar bahwasannya Self Confidence bisa menghindarinya dari bullying, khususnya verbal bullying. 3 tahun sudah ia tertatih-tatih untuk bangkit dari rasa trauma bullying yang sempat membuatnya krisis kepercayaan diri. Walaupun sampai saat ini pun terkadang masih suka terlihat jelas raut trauma dalam dirinya ketika harus berhadapan dengan lingkungan yang baru. Inilah tantangannya, memberikan lagi pemahaman tentang Konsep Diri dari awal sehingga ia pun bisa terus mengasah Self Smart nya secara maksimal.

____

Daftar Pustaka

Bunda Lucy. 2016. “Panduan Praktis Tes Minat & Bakat Anak”. Jakarta : Penebar Plus + (Penebar Swadaya Grup)

Materi Bunda Sayang Batch#4 Level 7. 2019. ”Semua Anak Adalah Bintang”. Tim Fasilitator Bunsay#3 Institut Ibu Profesional

Review Bunda Sayang Batch#4 Level 4. 2019.”Discovery Ability”. Tim Fasilitator Bunsay#4 Institut Ibu Profesional

Ruangguru writer. 18 April 2017. “Memulihkan Trauma Bullying dengan Menanamkan Keberanian Pada Siswa”, https://blog.ruangguru.com/memulihkan-trauma-bullying-dengan-menanamkan-keberanian-pada-siswa, diakses pada 21 Februari 2020 pukul. 13.00 WIB

294 views0 comments
bottom of page