top of page

Merangkai Masa Lalu, Merajut Masa Depan 2

Bismillahirrahmanirrahiim

Awalnya saya ragu untuk meneruskan membagikan cerita project kami ini. Tapi beberapa hari yang lalu, saya membaca postingan Kang Firman, seorang praktisi Talent Mapping, yang mengingatkan kembali akan makna misi hidup. Sehingga kemudian itu menggugah saya untuk meneruskan tulisan ini, semoga bermanfaat bagi yang membacanya.


"Kita dihadirkan ke dunia dengan maksud dan tugas. Diberi sumber daya untuk menjalankan tugas. Dilatih dengan proses bertahap. Diuji dengan keterbatasan dan rasa kekurangan. Akan dihadapkan dengan keberhasilan dan kegagalan, dan bisa lupa dan tersesat ketika menjalani kehidupan. Dan ujian sesungguhnya: memilih misi atau ambisi... Apa yang mesti kita tunaikan dalam hidup ini, sehingga jika hal itu terlaksana, maka kita boleh berharap, Allah yang menciptakan diri kita, berkenan memberikan ridho-Nya."



Tulisan saya kali ini menggunakan skema: Why - What/What If - Experience - Feedback dan dilengkapi beberapa flyer mingguan kegiatan Cangkrukan Kamisan.


Untuk menjelaskan Strong Why kami mengapa memilih project dibidang parenting dan persiapan pernikahan, saya mesti menceritakan sedikit tentang hidup saya dan keluarga di masa lalu, ini bukan bermaksud membuka aib, tapi semoga semua orang yang punya beban hidup di masa lalu mampu mengambil ibrah, menyerap makna dan menyadari kompetensi hidup yang disiapkan Allah dari perjalanan hidup yang telah dilaluinya, sehingga mantap menatap masa depan dan menjalani misi hidupnya dengan ridho dan lapang.



Terlahir sebagai anak bungsu dari sepuluh bersaudara, dari keluarga yang kurang harmonis dan kekurangan secara ekonomi, membuat saya terbiasa mengalami kesulitan hidup sejak kecil. Trauma akan ketidakharmonisan orang tua dan keluarga, di usia yang masih kanak-kanak, tanpa tahu mesti berbuat apa, membuat saya terjebak dalam perasan sedih yang berkepanjangan dan perasaan tidak berdaya, yang semakin lama meruntuhkan konsep diri saya, tapi di sisi lain dipaksa dewasa oleh keadaan.



Dengan pengalaman hidup di masa lalu itu, membuat saya di masa kini, ingin menolong orang-orang yang mempunyai realita hidup seperti saya untuk bangkit menatap masa depan, dan mempersiapkan generasi muda untuk memasuki jenjang pernikahan, dan belajar ilmu parenting sebagai bekal menjadi orang tua. Agar kelak muncul generasi yang siap secara paripurna untuk menikah sekaligus melek parenting, sehingga mampu membangun keluarga yang harmonis dan menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak mereka.



Setelah menemukan Strong Why, kemudian kami menemukan What dalam bentuk program Cangkrukan Kamisan yang diselenggarakan rutin setiap minggu dari periode Februari sampai dengan Juni 2018.


Experience atau pengalaman apa yang kami dapat selama kurun waktu lima bulan tersebut?

1. Membuat kurrikulum tema cangkrukan setiap minggunya dari obrolan saya dan suami, maupun dari ide dan obrolan dengan sesama peserta cangkrukan, yang tema-temanya seputar persiapan pernikahan dan ilmu parenting

2. Mesti kreatif mengemas acara dan obrolan, sehingga suasana hangat tapi tetap tepat sasaran

3. Selalu bersiap mencari dan menghubungi narasumber sebagai pengisi materi sesuai tema cangkrukan tiap minggunya, terkadang di jam akhir sebelum acara dimulai, saya atau suami mesti bersiap menggantikan narasumber yang tiba-tiba berhalangan hadir

4. Ikhlas dan lapang menerima tamu, apapun dan bagaimanapun keadaan dan sikap tamu yang datang ke rumah kami untuk ikut acara Cangkrukan Kamisan



Step selanjutnya adalah Feedback. Kami memaknai Feedback sebagai respon serta imbal balik peserta terhadap acara Cangkrukan Kamisan, antara lain:

1. Karena sebagian peserta acara ini adalah anak muda yang masih kuliah maupun sudah bekerja, terkadang karena kesibukan, tidak bisa membuat mereka ajeg mengikuti acara ini setiap minggunya, sehingga peserta merasa tidak mendapat pemahaman yang komprehensif karena tidak runtut mengikuti topik-topik yang dibahas setiap minggunya.

2. Efek dari poin no 1, peserta yang tidak datang di minggu lalu, maka otomatis ketinggalan proses belajarnya. Mereka ingin temanya diangkat kembali dan disajikan dalam forum. Sehingga ada beberapa tema yang diulang dibahas kembali. Peserta ada yang menanggapinya dengan senang karena merasa mendapat pendalaman materi, tapi ada juga yang bosan karena mengulang pembahasan tema yang telah lalu.

3. Terkadang faktor narasumber menjadi penentu banyaknya jumlah yang hadir di acara Cangkrukan. Jika narasumbernya dipandang kompeten dan punya nama, biasanya peserta yang hadir banyak

4. Ada peserta yang datang karena sekedar ikut teman, atau karena segan

5. Ada peserta yang datang ke acara Cangkrukan ini tidak hanya untuk belajar, tapi juga untuk curhat masalah pribadinya


Dari Feedback diatas, kami mengevaluasi pelaksanaan program Cangkrukan Kamisan, dan kemudian bersepakat mengganti programnya untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih komprehensif dan melebarkan manfaatnya, tidak hanya pada lingkup mahasiswa UIN SMH Banten maupun para alumninya, tapi juga bagi masyarakat umum yang tertarik untuk belajar ilmu persiapan pernikahan dan parenting.



Bersambung



88 views0 comments
bottom of page