Pentingnya Dukungan Suami Terhadap Passion Istri
- Media Komunikasi IP
- Nov 24, 2020
- 4 min read
Updated: Mar 9, 2021

Menjadi seorang perempuan itu bukanlah pilihan, demikian juga ketika takdir membuatnya harus menyandang gelar sebagai seorang istri dan mendapat sebutan kehormatan sebagai seorang ibu. Hal ini seolah memaksa perempuan untuk pasrah dan menerima takdirnya begitu saja, kemudian harus menjalankan peran tersebut dengan sempurna dan tanpa cacat sedikitpun.
Tidak heran, jika kemudian banyak kaum perempuan selepas akad nikah dan kemudian masuk dalam sebuah tatanan baru dalam peradaban rumah tangga, cenderung mengorbankan banyak hal. Termasuk passion, yang tak jarang menjadi satu pemantik kebahagiaan dan kepuasan pada dirinya sendiri.
Benarkah passion harus dikorbankan? Atau, haruskan passion seorang perempuan terkubur bersama perubahan status barunya sebagai seorang istri atau sebagai seorang ibu rumah tangga?
Ah, rasanya kok menyeramkan jikalau itu benar-benar terjadi.
Lalu, apakah seorang istri atau ibu rumah tangga wajib memaksa diri demi terwujudnya passion yang dia cintai?
Hah, rasanya kenapa jadi berlebihan juga ya kalau begini?
Baiklah, Bunda, pada sesi ini Tim MedKom Pusat Ibu Profesional akan mencoba berbagi oleh-oleh dari hasil ngerampok ilmunya Sekjen IP (Sekretariat Jenderal Ibu Profesional), yaitu Ibu Utami Sadikin seputar passion.
Bunda, kita sedang bicara soal passion ya, bukan hobi. Karena passion dan hobi adalah dua hal yang sangat berbeda. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Utami Sadikin. Perempuan yang akrab disebut Mba Uut ini mengatakan, passion itu berkaitan dengan ranah produktivitas, sedangkan hobi hanya sebatas kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Boleh jadi kita suka membaca, tapi kita tidak produktif dalam menulis bukunya.
Passion dapat digambarkan bagai sebuah penemuan harta karun yang jumlahnya bikin dada berdebar dan tubuh melayang ke awan. Passion itu bukan soal berapa keuntungan materi yang bisa didapatkan, tapi ini soal kepuasan yang menghantarkan pada aktualisasi diri atau pengakuan.
Mba Uut mengatakan, agar pencapaian passion ini dapat maksimal maka, seorang istri harus berhasil mendapat dukungan dari suaminya. Dan, dukungan paling sederhana yang bisa diberikan suami adalah izin. Izin yang diberikan oleh suami merupakan gerbang awal sebuah dukungan, yang selanjutnya dapat berubah menjadi total dukungan, kapan saja. Apalagi jika kita menunjukkan perkembangan yang baik dalam pencapain passion tersebut, katakanlah bukti nyata dari pilihan passion kita.
Meskipun tanpa dukungan suami, sebenarnya seorang istri tetap masih bisa mengerjakan passionnya. Hanya saja, dia membutuhkan waktu dan usaha lebih untuk dapat memaksimalkan produktivitasnya. Sederhananya, dia membutuhkan perjuangan lebih untuk passion itu.
Namun sayangnya, tidak semua suami mendukung passion istri. Jangankan mendukung, terkadang memberikan izin saja sangat berat untuk diucapkan. Lalu bagaimana jika suami kita termasuk satu dari sekian banyak suami yang tidak memberikan dukungannya?
Nah, untuk hal ini Ibu Sekjen IP yang telah menemukan passionnya dalam dunia organizer ini mengatakan, perlu adanya keberanian dan keterbukaan dalam mengkomunikasikan berbagai hal dalam rumah tangga, tentang apa-apa yang boleh dan apa-apa yang tidak boleh. Bisa jadi tujuannya sama, hanya saja sudut pandang yang berbeda.
Kita harus ingat, lelaki itu penuh logika sedangkan wanita mengedepankan rasa. Oleh sebab itu, suami istri membutuhkan keterbukaan dan keberanian berkomunikasi untuk mencapai mufakat, demi kepentingan keluarga.
Di dalam Ibu Profesional ada dua alarm kita dalam berkomunikasi. Pertama, jika seorang suami yang mengeluh atau komplain pada diri kita, maka ketahuilah bahwa seseungguhnya lampu kuning telah menyala. Artinya, sebagai seorang ibu kita harus mulai berhati-hati, mulailah mengatur kembali ritme kegiatan. Kedua, jika anak-anak telah mengeluhkan aktivitas kita, komplain dengan kegiatan kita, maka sesungguhnya lampu merah telah menyala. Artinya, sudah saatnya kita menghentikan seluruh aktivitas kita, meskipun kita sedang berada di puncak menikmati kesenangan.
Butuh seni khusus dalam berkomunikasi dengan suami yang terbilang sulit memberikan dukungan. Mba Uut mengatakan, untuk memulai berkomunikasi terkait masalah passion, sebaiknya kita mengawalinya dengan apersepsi, menyamakan pemahaman terlebih dahulu. Kemudian, kita ikuti dengan membuat list tentang do and don’t dalam rumah tangga. Jika sudah sepakat dan deal, maka laksanakan, patuhi dengan semangat komitmen yang tinggi.
Biasanya, suami akan lebih mudah memberikan dukungannya jika istri mampu memberikan bukti, bukan Cuma kepiawaian dalam teori tetapi juga harus mumpuni dalam praktiknya.
Wanita dengan passion luar biasa ini telah mendapatkan dukungan kuat dari suaminya, baik dari sisi psikologi, spiritual, fisik, bahkan termasuk finansial. Namun, Mba Uut juga menyampaikan bahwa untuk menjadi seperti sekarang ini beliau harus melalui perjuangan panjang.
Bukan hanya suami, Mba Uut juga mendukung suami dalam mewujudkan passionnya. Jadi harus ada saling mendukung di antara suami istri demi tercapainya passion masing-masing. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan memberikan ruang gerak yang cukup tanpa mengintimidasi pasangan. Saling percaya dengan apa yang disampaikan pasangan.
Jadi, jika bunda merasa menemukan kendala dalam mengkomunikasikan soal passsion pada pasangan, janganlah buru-buru menyerah. Mba Uut butuh lima tahun untuk bisa menjadi pasangan seideal ini, jadi tetaplah bersemangat.
Bunda, tetaplah berkhhusnudzon. Kita harus percaya, waktu Alloh Subhanahu wa ta'ala tidak pernah salah datangnya. Boleh jadi memang kita belum pantas menerima ridho suami, jadi hanya butuh menswitch mindset kita saja. Bahwa tidak ada suatu yang sia-sia jika niatnya lillahi ta'alla.
Ketika suami tidak atau lebih tepatnya belum memberikan dukungan pada istrinya, boleh jadi ada rasa khawatir tidak imbangnya peran dikemudian hari atau boleh jadi suami tidak paham passion istri dengan baik. Nah, disinilah letak pentingnya komunikasi antara suami istri.
Menurut Mba Uut, hal yang harus kita lakukan jika kita telah menemukan passion tapi suami tidak mendukung, maka sebaiknya ciptakan peluang membuat rasa menyenangkan sekecil apapun itu dalam diri kita. Ketidakidealan situasi bukan alasan kita untuk lupa bersyukur, jika saatnya tepat ridho itu akan datang dengan sendirinya. Fokus membenahi diri dan percaya pada proses.
Sedangkan buat kamu-kamu calon bunda semua, ini dia pesan dari Mba Uut mengingatkan. Jodoh itu sudah ada yang mengatur, kita hanya perlu memantaskan diri. Maka jika ada kriteria yang ingin disematkan kepada para calon pendamping, lakukan terlebih dahulu ke diri kita. Seperti impian memiliki calon suami yang sholeh, maka hal itu harus dimulai dari diri kita terlebih dahulu untuk bisa menjadi seorang istri yang sholehah.
Itulah oleh-oleh seputar passion dari Mba Uut, Sekjen Ibu Profesional. Semoga dengan membaca oleh-oleh ini, dapat memberikan sedikit pencerahan atas suramnya hari akibat minimnya dukungan suami atas passion yang kita sadari.
Selanjutnya, semoga kita tidak besar kepala saat suami memberikan izin atau dukungannya yang seluas samudra. Jagalah kepercayaan itu dan janganlah sekali-kali mengkhianati.
Salam passion dari Tim Medkom Ibu Profesional Pusat.
Comments