top of page

Mengelola Keuangan Keluarga dengan C4M

Updated: Nov 4, 2020



Sudah sangat lama rasanya Covid-19 ini mewabah. Kehadirannya yang tak diminta, sekoyong-konyong memporak porandakan peradaban umat manusia termasuk kondisi keuangan di lingkup keluarga. Mengelola keuangan keluarga pada kondisi krisis ini rasa-rasanya tidak bisa ditunda lagi agar problem keuangan tidak merembet ke problem-problem lain yang mengganggu keharmonisan keluarga.


Banyak perusahaan lumpuh, terpaksa memotong gaji bahkan ada yang merumahkan karyawannya demi menjaga roda usaha tetap berputar. Dan, tidak sedikit usaha kecil harus gulung tikar. Tentu hal ini berpengaruh pada kondisi keuangan keluarga.


Fakta ini menyadarkan kita, mau tidak mau dan suka tidak suka, kita harus mampu mengatur strategi keuangan keluarga agar tetap stabil dan aman dari berbagai risiko buruk yang mengancam. Khususnya di tengah pandemi Covid-19, yang tidak jelas kapan berakhirnya.


Handayani Retno Hapsari, Manager Program Seknas Ibu Profesional, menjabarkan bagaimana mengelola keuangan keluarga agar keluarga kita tetap tangguh menghadapi krisis pada masa pandemi Covid-19 ini.


Mengelola Keuangan Keluarga dengan Cash Flow For Muslim (C4M)


Cash Flow For Muslim, C4M (dibaca: cam), yang diterapkan oleh Bu Peri, begitu Handayani Retno dikenal di kalangan Ibu Profesional, merupakan sebuah konsep pengelolaan keuangan keluarga yang diperkenalkan oleh Ahmad Gozali, seorang pakar perencanaan keuangan. Menurutnya konsep yang diusung ini sangat sesuai dengan nilai-nilai luhur keluarga. Sebenarnya, esensi dalam mengelola keuangan keluarga hanya satu, yaitu bagaimana membuat jumlah pengeluaran lebih kecil dari pemasukan yang didapatkan.



Perempuan multitalenta yang memegang tampuk manajemen program Ibu Profesional menegaskan,


“Untuk menampung rejeki yang terus mengalir dari Allah, maka diperlukan sebuah wadah yang disebut dengan gentong qona’ah. Di dalam gentong qona’ah ini terdapat empat klasifikasi pembagian keuangan, pertama adalah hak Allah, kedua adalah hak pihak ketiga, ketiga adalah hak masa depan, dan yang keempat adalah hak diri sendiri atau hak masa kini.” -Handayani Retno Hapsari-

Hak Allah harus kita tempatkan pada urutan teratas, dapat ditunaikan dalam bentuk pembayaran zakat, sodaqoh dan infak.


Urutan kedua yang harus kita penuhi adalah hak orang ketiga. Hak ini bisa kita penuhi dengan membayar biaya pendidikan anak, menggaji pegawai (asisten rumah tangga), dan membayar hutang. Di antara itu semua, hak orang ketiga yang harus kita utamakan adalah mendahulukan membayar piutang kita, baik itu terhadap instansi (misalnya KPR atau pinjaman bank) maupun yang bersifat perorangan.


Prioritas ketiga yang harus dipenuhi adalah hak masa depan, yang terdiri dari tabungan, dana darurat, asuransi kesehatan dan segala sesuatu yang ingin kita nikmati di masa depan.


Urutan terakhir yang harus kita penuhi adalah hak diri sendiri atau hak masa kini, berupa sisa uang dari pemenuhan ketiga hak di atasnya, dan ini bersifat real.




Konsep inilah yang dikenal dengan istilah “habiskan saja gajimu.” Gaji real yang didapat setelah kita mengalokasikan seluruh penghasilan kita pada ketiga hak sebelumnya.

Ahmad Gozali mengatakan, bahwa neraca debit dan kredit harus seimbang, sama-sama nol. Jika orang lain biasanya menabung dengan uang sisa-sisa pengeluaran. Maka dia mengajarkan untuk menikmati sisa uang dari hak-hak yang telah dialokasikan sebelumnya, bahkan habiskan saja.


Dengan begitu, rasa yang hadir adalah qona’ah dan tubuh tidak lelah karena ngoyo. Perasaan qana'ah akan memudahkan kita membuat batasan yang jelas antara kebutuhan dan keinginan. Menurut Bu Peri, pemahaman akan perbedaan kebutuhan dan keinginan ini dapat menghindarkan diri dari hutang, terutama hutang bank.


Pemahaman akan perbedaan kebutuhan dan keinginan ini dapat menghindarkan diri dari hutang, terutama hutang bank. -Handayani Retno Hapsari-

Menabung dan berhutang memiliki batasan atau perbedaan yang sangat tipis. Ketika berhutang, itu maknanya kita sedang mengambil hak mas depan untuk dinikmati di hari ini. Sedangkan menabung artinya, kita sedang menyisihkan sesuatu untuk masa depan yang dimulai dari sekarang.


Ibu rumah tangga yang gemar memainkan power point hingga menghasilkan karya luar biasa ini menggunakan teknik C4M sejak 10 tahun yang terakhir, tepatnya dimulai pada tahun 2010. Sejak tahun 2007, bu Peri dan suaminya sepakat untuk mengelola keuangan keluarga dan mengalokasikan sebagain besar keuangan untuk dana pendidikan anak-anaknya.


Tips Mengelola Keuangan ala Handayani Retno Hapsari


Bunda, pengalaman orang lain dalam mengelola keuangan bisa kita jadikan referensi dan disesuaikan dengan keadaan keluarga kita. Ibu Peri berbaik hati untuk membagikan tips mengelola keuangan ala Handayani Retno Hapsari yang ditujukan khusus untuk Bunda Ibu Profesional yang merupakan manajer keuangan keluarga, dimana ia harus sadar bahwa seorang Ibu harus mampu mengatur keuangan keluarga, tidak hanya sekedar sebagai kasir belaka.

  • Mengatur agar pengeluaran lebih kecil dari pendapatan atau pemasukan. Semua konsep financial planning ada prosentasenya, namun ini tidak mutlak dan dinamis yang menyesuaikan keadaan keuangan keluarga masing-masing. Hal yang paling penting adalah hak Allah 2,5% wajib terpenuhi. Konsep mengelola keuangan dengan metode c4m akan lebih mudah diterapkan, jika sebelumnya kita sudah menerapkan prinsip hidup sederhana.

  • Membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Hidup hemat adalah pilihan. Seorang Ibu bisa menghemat dalam menekan pengeluaran dengan menjadi ibu yang kreatif, misalnya dengan membuat camilan dan pakaian anak sendiri.

  • Keberhasilan mengatur keuangan keluarga, bukan hanya tanggungjawab istri seorang. Melainkan tetap dibutuhkan suami dalam praktiknya. Dalam hal ini, suami dapat berperan sebagai seorang pendukung dan polisi yang bertugas patroli yang memastikan tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan dana keluarga.

  • Bentuk investasi tidak hanya reksadana, saham, dan emas. Kita bisa melakukannya dalam bentuk menaikkan nilai suatu barang. Misal mengelola tanah keluarga dengan menanaminya dengan berbagai tanaman keras atau menjadikannya lahan untuk beternak.

  • Terakhir, mengelola keuangan bukan semata-mata tentang bagaimana tekniknya. Ada satu nilai dalam keluarga yang lebih besar pengaruhnya, yaitu gaya hidup.

Melibatkan Anak dalam Pengelolaan Keuangan Keluarga


Seorang anak perlu kita libatkan dan membicarakan masalah keuangan keluarga. Apalagi, jika anak tersebut sudah besar. Anak yang memahami konsep pengaturan keuangan keluarga akan lebih muda kita arahkan.


Mengajarkan konsep keuangan dalam keluarga kepada anak bisa dimulai sejak ia duduk di sekolah dasar. Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mengajarkan anak mengelola keuangan adalah dengan cara memberikan uang saku mingguan yang harus ia kelola untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Hal ini akan membantunya agar lebih bijak dalam mengelola uang sakunya.


Melibatkan anak dalam diskusi masalah keuangan keluarga bisa mencegah anak tantrum atau rewel ketika keinginannya memiliki sesuatu tidak terpenuhi lantaran mereka sudah mengerti sistem pengelolaan keuangan dalam keluarga.


Bunda, kondisi masing-masing keluarga sangat unik, termasuk kondisi keuangan keluarga. Seperti yang ditegaskan oleh bu Peri, mengelola keuangan keluarga sangat dinamis, disesuaikan dengan kondisi keluarga. Semoga kita mampu menjadi manajer keuangan yang handal.


Salah satu ciri sukses dalam merencanakan keuangan keluarga itu terjadi ketika mereka terbebas dari hutang. Mereka mampu membuat uang bekerja untuknya, jadi tidak lagi bekerja untuk uang. -Handayani Retno Hapsari-

Disusun dan diterbitkan oleh Tim Medkom Seknas Ibu Prefesional

Pewawancara: kak Shima

Penulis: kak Ami

Desain : Aisyah


コメント


bottom of page