Jumat (16/09), dalam rangka Hari Pelanggan Nasional yang jatuh pada 4 September, Frisian Flag Indonesia (FFI) mengajak pelaku UMKM perempuan untuk terus meningkatkan produk dan layanannya kepada Pelanggan. FFI turut mengundang Ibu Septi Peni Wulandani, founder Ibu Profesional sebagai salah satu mitra dalam berkolaborasi untuk memajukan pelaku UMKM perempuan di bidang kuliner.
FFI bekerjasama dengan Ibu Profesional membentuk sebuah program Kedai Kreatif Susu Kental Manis FRISIAN FLAG® bertajuk “Bersama Majukan UMKM Indonesia”. Program kolaborasi tersebut dikenal dengan Dapur Ibu Bersama (DIB).
Dapur Ibu Bersama baru saja merampungkan debutnya dalam mendukung 400 UMKM perempuan di wilayah Jabodetabek dan Bandung, dimana 200 diantaranya mendapat pendampingan dan pembinaan intensif pada Maret-Juli 2022.
Seperti program Ibu Profesional lainnya, Dapur Ibu Bersama dikemas dengan menggunakan konsep gamifikasi. Para peserta yang dikenal sebagai trainee chef bermain peran di Dapur Ibu Bersama cooking camp selama kurang lebih empat bulan. Selama mengikuti cooking camp, para trainee chef terbagi ke dalam beberapa tenda sesuai dengan regionalnya. Mereka mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri lewat ilmu dan tantangan yang diberikan para executive chef.
Sebagai Chef profesional dan konsultan bisnis F&B, Chef Nanda memberikan lima menu berbahan kental manis yang layak jual dan mudah diproduksi skala rumah tangga. Keempat menu tersebut adalah kentang mustofa, pie buah, pie susu, sosis solo, dan lukumedes. Melihat peluang pasar minuman kekinian yang menggiurkan, kami menggandeng Tualang Kopi untuk memberikan pelatihan pembuatan minuman kopi ala industri rumahan. Para trainee chef mendapat tantangan untuk melakukan recook salah satu menu tersebut. Melalui recook menu, kami berharap trainee chef dapat bereksplorasi hingga menemukan formula yang pas agar menghasilkan produk dengan kualitas yang baik.
Memulai usaha skala rumah tangga bukan berarti abai dengan standar keamanan pangan. Melalui materi yang disampaikan oleh Koordinator Kelompok Substansi Pengawasan Produksi Pangan Olahan Risiko Tinggi Badan POM RI, Ibu Chairun Nisa, para trainee chef mendapat tantangan untuk membuat diagram alur produksi menu DIB agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang seragam dan memenuhi kriteria standar keamanan pangan.
Memiliki produk yang berkualitas tak menjamin laku di pasaran. Sebagai pelaku usaha kuliner, teman-teman trainee chef harus mulai menjajaki pemasaran digital. Mereka mendapat kesempatan untuk belajar langsung dengan kak Elan JM, founder Tualang Kopi dan praktisi usaha kuliner yang berpengalaman memanfaatkan beberapa platform digital untuk menjangkau konsumen lebih luas.
Para trainee chef belajar menerapkan ilmu pemasaran digital yang diperoleh untuk membuat media promosi dan toko daring. Untuk mempercantik etalase toko daringnya, para trainee chef mendapat bekal food photography dari kak Nuraeni Muslimah, seorang food photographer yang telah menekuni bidang ini secara profesional. Bermodal ponsel, teman-teman mendapat tantangan untuk membuat foto produk yang menarik dengan mengaplikasikan teknik fotografi yang dipelajari.
Di akhir sesi cooking camp, teman-teman trainee chef mendapat kesempatan untuk mencicipi keseruan berjualan offline. Setiap tenda diharuskan membuat rencana kegiatan yang kreatif. Dari regional Bandung, tenda Soda kue menarik para pelanggan yang datang dengan mengadakan cooking class untuk anak-anak. Tenda bunga lawang dari bekasi tampak kompak mengenakan dress code merah marun dan topi chef selama menjajakan dagangan menu DIB seperti pie buah, pie susu, kentang mustofa, sosis solo dan minuman kekinian. Setelah berjualan, mereka ditantang untuk membuat laporan keuangan untuk mengevaluasi apakah usaha mereka untung atau malah buntung.
Dari foto-foto yang dibagikan para peserta, mereka tampak kompak mempersiapkan bazar offline. Kekompakan itulah yang menjadi salah satu kriteria penilaian dan mengantarkan tenda Honey dari Tangerang Selatan, tenda Soda Kue dari Bandung, dan tenda d’ketan dari Depok menjadi pemenang bazar. Mereka terlihat mempersiapkan kegiatan ini dengan cukup matang.
Sebagai bentuk dukungan usaha, seluruh peserta cooking camp mendapatkan peralatan masak, produk kental manis, produk tualang kopi, foto produk, label kemasan, modal, materi pembelajaran, dan pendampingan intensif dari para executive chef. Kami berharap dukungan tersebut dapat dimanfaatkan oleh teman-teman trainee chef untuk menjalankan usahanya secara berkelanjutan.
Melihat program Dapur Ibu Bersama yang berjalan lancar, Jumat (16/08) FFI memberikan apresiasi dengan menyelenggarakan media gathering untuk mengenalkan program DIB kepada media. Turut hadir dalam acara tersebut Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro dan founder Ibu profesional Septi Peni Wulandani.
Ibu Septi memberikan apresiasi kepada FII yang telah menjadi bapak dan ibu asuh bagi pertumbuhan UMKM perempuan Indonesia. “Tidak gampang melatih perempuan. Namun, jika terjadi sesuatu yang membuat titik ledaknya keluar, para perempuan dapat melesat dengan luar biasa,” ujar Ibu Septi.
Perkataan Ibu Septi tersebut seolah terbukti dengan hadirnya dua heroes Dapur Ibu Bersama, Nurin Silvia (pemilik @dapur.mamarins) dan Wedaraningtyas (pemilik @gibran_cakeandcookies). Keduanya memulai usaha dari dalam rumah, sehingga dapat mandiri secara finansial dan berkontribusi membantu membangun ketahanan keluarga.
“Mendidik satu perempuan sama dengan mendidik satu generasi. Berproseslah dari nol, kemudian kita akan menjadi profesional. Kuncinya adalah belajar, berproses, berkarya, berbagi, dan berdampak,” imbuh bu Septi.
Selain kedua heroes DIB, hadir pula Lidya Angelina Rinaldi, pelaku UMKM perempuan yang tengah mengembangkan usahanya, yaitu ‘La Dame in Vanilla’. Lidya menceritakan lika-liku yang ia alami sebelum mendirikan La Dame. Kala itu ia sedang gemar membuat kue dan merasa kesulitan mencari ekstrak vanilla. Di pasaran, kebanyakan ekstrak vanilla mengandung alkohol atau harganya sangat mahal.
Ia pun penasaran dan mulai mengulik tentang tanaman vanilla. Ia terkejut saat menemukan fakta bahwa Indonesia adalah penghasil tanaman Vanilla terbesar di dunia setelah Madagaskar. Rasa penasaran itulah yang membuat Lidya tertantang untuk mencari para petani Vanilla yang mulai langka dan akhirnya memproduksi ekstrak vanilla. Paham akan kebutuhan halal di Indonesia, kini ekstrak vanilla dari ‘La Dame in Vanilla” menjadi pilihan para pelaku usaha kue yang concern akan kehalalan produk yang dibuatnya.
Salah satu diskusi menarik yang dilontarkan seorang wartawan adalah bagaimana teman-teman menjaga trust dengan pelanggan. Nurin menceritakan pengalaman mendebarkan yang pernah ia alami. Saat menjual cookies dan dikirim ke luar kota, ia mendapat komplain karena cookies hancur saat sampai di tempat pelanggan. Untuk mengobati rasa kecewa pelanggannya, ia memberikan kupon potongan harga untuk pembelian berikutnya. Kejadian tersebut membuat Nurin belajar untuk lebih selektif memilih ekspedisi yang memberikan garansi.
Acara media gathering ditutup dengan keseruan para awak media saat memeriahkan lomba memasak menu Dapur Ibu Bersama. Chef Nanda Young dan kak Elan JM turut hadir memeriahkan acara dan memberikan cooking demo kepada para awak media. Menu Dapur Ibu Bersama yang dipilih hari itu adalah kreasi kentang mustofa, pie buah, dan minuman kopi kekinian. Para awak media tampak begitu antusias bermain di arena memasak. Hadiah yang disiapkan pun cukup menggiurkan.
Penulis:
At Tachriirotul M (atta)
Digital Strategic Dapur Ibu Bersama
👍👍
Semangaat