top of page

Hari Dokter Nasional

Writer: Mbakrizq NastitiMbakrizq Nastiti

Updated: Nov 4, 2020

Susan susan susan

Besok gede mau jadi apa

Aku kepingin pinter

Biar jadi dokter


Kalau kalau benar

Jadi dokter kamu mau apa

Mau suntik orang lewat

Jus jus jus

Ria : Lho kalau nggak sakit kenapa disuntik?

Susan : Biar obatnya laku

----- Masih ingatkah Bunda dengan lirik ini? Yap ini adalah lagu Susan dengan Kak Ria Enes. (ketahuan ya umurnya sudah otw kepala 3). Sudah sejak dulu ketika kita masih usia anak-anak, ditanya tentang cita-cita, jawaban yang menjadi primadona yaitu jadi dokter, polisi, tentara, guru. Namun apakah Bunda tahu, ternyata ada hari khusus yang memperingati yaitu Hari Dokter Nasional tanggal 24 Oktober tiap tahunnya.


Kata “dokter” sendiri diambil dari bahasa latin “docere” yang berarti “to lecture” atau mengajar. Dahulu, istilah dokter digunakan sebagai gelar terhormat selama lebih dari 1000 tahun di Eropa. Sebutan dokter dalam konteks medis ialah semua profesional medis yang sudah memiliki lisensi untuk praktik dalam seni penyembuhan penyakit.


Sudah 70 kali Indonesia memperingati momentum Hari Dokter Nasional di rayakan di tanah air. Berarti sudah sejak 1950 Hari Dokter Nasional dijadikan satu momentum penting dalam sejarah Indonesia khususnya sejarah Ikatan Dokter Indonesia itu sendiri.




Profesi Dokter Merupakan Bagian Sejarah Perjuangan Bangsa

Perjalanan sejarah perjalanan dokter memang sangat panjang, begitupun juga ketika berbicara tentang sumbangsih dokter di Indonesia. Jauh sebelum organisasi IDI terbentuk, dokter-dokter di tanah air sudah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pejuang kemanusiaan. Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya tercatat dalam sejarah tak hanya memerangi penyakit namun juga memerangi penjajahan di Indonesia oleh kolonialisme.


Apabila berkaca pada zaman perjuangan kemerdekaan, momentum profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada tanggal 2 Januari 1849.

Pendirian sekolah pendidikan dokter di Indonesia tidak lain karena Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu kewalahan melawan wabah malaria. Sebanyak 12 orang siswa diluluskan dan diberi gelar ‘Dokter Djawa’ setelah menempuh pendidikan selama dua tahun. Meski diberi gelar dokter, lulusan-lulusan dokter hanya dipekerjakan sebagai ‘mantri cacar’.

Lewat perjalanan yang panjang, barulah pada tahun 1898, sekolah pendidikan dokter yang sebenarnya didirikan dengan nama STOVIA. Dari sinilah mulai terlahir dokter-dokter pejuang kemerdekaan.



Profesi Dokter Saat Ini

Kini profesi dokter tidak hanya sebagai ‘mantri cacar’, bersama dengan para tenaga kesehatan lainnya, dokter juga sebagai garda terbelakang dalam menangani COVID-19 di tanah air kita. Lho, kenapa kok terbelakang?


Karena masyarakat adalah garda terdepan dalam memenangkan perang melawan COVID-19 dengan melakukan pencegahan, tetap di rumah dan menjalani protokol kesehatan seperti halnya "phsysical distancing", cuci tangan pakai sabun, dan memakai masker.


Para tenaga kesehatan berada pada lini paling belakang ketika sudah terpaksa terinfeksi, karena memang para nakes sudah melakukan pencegahan dengan ketat tetapi masih saja ada masyawakat terinfeksi.

Jadi, para Bunda ternyata kita garda terdepan lho, ibarat kita dokter kesehatan pertama bagi keluarga kita. Stay healthy and happy! :)


**


Penulis: Rizki Nastiti

Desain : Bida Rachma

 
 
 

Comments


bottom of page