top of page

Ibu Berkonferensi, Kenapa Tidak?


Panggung Konferensi Ibu Profesional 2019, Sahid Jaya Hotel Yogyakarta

Ibarat sebuah mesin, mungkin saya termasuk type mesin diesel yang membutuhkan pemanasan lebih lama. Di saat seluruh teman-teman TimNas Ibu Profesional mulai mengarrange konsep sebuah konferensi yang IPers banget pasca Leader Camp 2018, saya masih harus fine tunning dimana posisi saya seharusnya. Belum menyadari apa arti penting sebuah konferensi bagi seorang ibu rumah tangga seperti saya. Sehingga wajar dalam bebrapa kali meeting yang ada justru kebingungan, darimana saya harus memulai langkah.


Saya butuh riset agar bisa segera mengambil peran dalam rencana penghelatan akbar ini. Makanya diantara teman-teman satu tim, saya yang paling terakhir dalam mengambil keputusan untuk mengambil peran sebagi apa. Rasanya sangat merugi jika saya harus diam saja bertopang tangan melihat gegap gempitanya teman-teman untuk well prepare. Apalagi dengan tema besar Synergi for Change, ini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk mengimplementasikan makna sebagai seorang agen perubahan. Ini tantangan yang harus segera ditaklukkan.


Konferensi ini akan membawa arti penting, tidak hanya untuk diri saya dan komunitas, akan tetapi impactnya akan meluas, bisa dirasakan oleh seluruh ibu dan calon ibu dimanapun dia berada. Sempat mengalami tarik ulur juga saat tantangan demi tantangan hadir, namun bukan Ibu Profesional jika tidak fokus pada solusi. Jika ada tantangan menghadang itu manusiawi, Allah hanya akan memberikan hasil terbaik bagi mereka yang benar-benar mau berusaha. Menaklukan tantangan artinya harus mengeluarkan effort lebih agar bisa naik kelas.


Tanggal 16 - 18 Agustus 2019 Sahid Jaya Hotel disanalah saya berada. Berdiri diantara barisan ibu dan calon ibu yang berhasil menaklukkan tantangan masing-masing untuk berkontribusi pada Konferensi Ibu Profesional yang baru digelar pertama kali. Ada haru yang membuncah melihat wajah-wajah optimis mereka ketika memasuki ruangan. Beruntunglah saya karena Allah masih memberi kesempatan untuk hadir, berbagi dan melayani.


Mereka hadir sebagi perwakilan dari berbagai regional Ibu Profesional yang tersebar di berbagai kota. Sebagian lagi adalah para ibu dan calon ibu yang telah bersimpati pada kiprah komunitas. Sebagaimana dalam istilah jawa, sebagai panitia saya harus bisa menghormati tamu dengan lima hal yakni gupuh (bergegas), aruh artinya menyapa, rengkuh (lapang dada menerima kehadiran seseorang, meskipun hal itu tidaklah  diharapkan), lungguh (menyiapkan tempat terbaik), dan suguh artinya memberikan suguhan terbaik.


Mengosongkan gelas dan menerapkan jurus spon agar bisa mengambil hikmah dari terselenggaranya event spektakuler ini di tengah-tengah kesibukan melayani peserta bukanlah hal yang mudah. Ada banyak kekurangan dan kesalahan yang tidak mungkin direvisi dengan memutar waktu kembali. Namun kehadiran para narasumber inspiratif seolah menghipnotis saya bahwa semua tidak ada yang sia-sia.


Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia adalah moment tepat untuk merefleksikan semua yang disampaikan oleh para narasumber. Suasana yang sakral ini semakin bertambah syahdu dengan adanya deklarasi yang langsung dibacakan oleh Bunda Septi Peni Wulandani selaku founder komunitas. Every mother is changemaker bukanlah omong kosong, dengan mata kepala, saya menyaksikan sendiri mereka, baik panitia, peserta maupun narasumber adalah para pelaku perubahan yang dimulai dari institusi kecil, keluarga masing-masing.





"Dengan bangga saya turut serta membubuhkan tandatangan pada deklarasi. Bagi saya deklarasi ini bukanlah penutup rangkaian acara KIP 2019, melainkan sebuah awal yang akan menjadi tonggak sejarah lahirnya gerakan perubahan yang dipelopori oleh para ibu dari rumah masing-masing demi kebahagian dan kemulian hidup hingga meraih gelar almarhumah."



Semoga diridhoi dan dimudahkan dalam segala urusan





56 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page