top of page
Writer's pictureMuflikhah Makky

#JumatKulwapODOP Bersama Hernowo Hasim

Updated: May 7, 2018


Jumat, 27 April 2018

Bersama: Hernowo Hasim

Tema : Mengupas Rahasia Menulis Bebas Untuk Kebahagiaan

Moderator: Fajar Widyastuti


📷Profil penulis:

Hernowo, lahir di Magelang, 12 Juli 1957. Hingga lulus SMA pada 1975 tinggal di Magelang, 1976 masuk ITB dan kuliah di Teknik Industri.

Tahun 1984 bekerja di Penerbit Mizan hingga tahun 2012. Di Mizan, sempat mendirikan Penerbit Kaidah pada 1999 dan Penerbit MLC (Mizan Learning Center). Kini menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung dan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (Stfi) Sadra, Jakarta. Juga telah menulis 38 buku.


Konsep-konsep membaca dan menulis yang telah dirumuskan dan dikembangkan adalah

(1) mengikat makna,

(2) quantum reading,

(3) quantum writing,

(4) flow atau menulis mengalir bebas, dan

(5) free writing.


Yang sedang dirumuskan dan ingin dijadikan buku ke-39 dan 49 adalah tentang writing toolbox dan pentingnya gagasan dalam menulis.

Tokoh-tokoh penulis yang menjadi idolanya, antara lain, Stephen R. Covey, JK Rowling, Malcolm Gladwell, Jalaluddin Rakhmat, Emha Ainun Nadjib, Dan Brown, Andrea Hirata, Dee Lestari, Rhenald Kasali, Ratna Megawangi, dan Haidar Bagir.


Tanya Jawab

#1 Agin Puspa, Bandung

Url blog: nuranipuspa.blogspot.co.id

Halo, Pak Hernowo... Begitu ada kulwap ini saya langsung googling tentang buku Free Writing. Sejujurnya, saya jadi makin penasaran dengan buku ini. Berikut pertanyaan saya:

a. Sebenarnya, teknik Free Writing yg dimaksud ini bagaimana?

b. Kemudian, biasanya berapa lama seseorang yg telah melakukan Free Writing sampai akhirnya kembali bisa menulis sesuai tujuannya misalnya menulis novel untuk lomba, menulis artikel untuk kompetisi blog, dsb?

Saya sempat baca di beberapa review, katanya Free Writing bisa pula mengatasi writer's block.


Jawaban:

a. Halo juga Mbak Agin Puspa? Senang sekali bertemu dan berkenalan dengan Anda via online. Wah, terima kasih sekali sudah bersedia mencari buku saya di Google. Teknik Free Writing yang ada di buku saya ini saya kembangkan dari berbagai gagasan. Gagasan itu ditemukan para pakar menulis yang menekuni teknik FW (free writing selanjutnya saya singkat FW ya?).


Tiga gagasan utama yang saya pakai berasal dari: Dr. James W. Pennebaker (ini psikolog penulis buku Opening Up dan periset tentang menulis yang dapat menyembuhkan tekanan atau stres). Saya kemudian menyebut teknik menulis yang ditemukannya sebagai teknik menulis untuk MEMBUANG. Membuang apa? Membuang emosi-emosi negative.


Gagasan kedua berasal dari Peter Elbow. Ini penulis buku Writing without Teachers. Seorang akademisi dan pengajar menulis di MIT. Elbow mengembangkan teknik FW dari penemunya, Lev Vygotsky, seorang peikolog Rusia yang meriset tentang pengaruh bahasa terhadap pikiran. Vygotsky menamakan temuan FW-nya sebagai “menulis dalam proses”. Ketika melakukan FW, hasil menulis itu tidak dipedulikan. Yang dipedulikan adalah prosesnya. Elbow sendiri menamakan FW sebagai “menulis TANPA sensor dan editing”.


Gagasan ketiga dari Natalie Goldberg. Ini seorang penulis yang menekuni Zen. Saya sangat suka dengan cara dan gaya menulisnya. Goldberg menulis buku yang sangat saya kagumi. Judulnya menarik, Writing Down the Bones. Goldberg menyebut FW sebagai “menulis tanpa bentuk”.

Itu gambaran ringkas tentang dari mana buku FW saya bangun.


Selain dari ketiga gagasan utama, saya juga melakukan studi tentang FW dari banyak pakar menulis. Ini gara-gara ketika bekerja di Penerbit Mizan, saya diserahi tanggung jawab mengelola Penerbit Kaifa—sekitar tahun 2000-an. Buku-buku awal Kaifa tentang “learning”. Ada buku yang fenomenal berjudul Quantum Learning, “accelerated learning”, lalu tentang “multiple intelligences”, dll.


Nah, di setiap buku tentang “learning” itu saya pasti menemukan metode menulis yang unik. Saya menamakannya sebagai metode menulis berbasis cara kerja otak (brain-based learning). Salah satunya ya tentang FW. Quantum Learning menamakan FW sebagai “FAST WRITING” atau menulis dengan otak kanan. Lalu saya juga tertarik dengan teknik “mind mapping” yang ditemukan Tony Buzan dan dikembangkan oleh Joyce Wycoff dan Gabriele Lusser Rico.

Teknik-teknik itu pun saya padukan dengan tiga gagasan utama tadi. Jadilah buku saya, Free Writing, yang bertujuan untuk membuat para penulis atau calon penulis untuk mampu menulis TANPA tekanan, hambatan, dan beban. Begitu kira-kira gambaran FW saya.


Maaf panjang ya. Selain ada contoh-contoh praktik FW saya di buku itu, saya juga mengembangkan 4 model FW selama satu bulan.

Apa dampak FW terhadap diri saya? Dampaknya terhadap diri saya adalah dapat melejitkan kemampuan menulis yang luar biasa. Saya mampu menulis 24 buku dalam 4 tahun (2001-2005). Padahal, saya dari teknik (kuliah di Teknik Industri ITB) dan merasa tidak punya bakat menulis.


b. Teknik FW (jika memang dapat dikuasai) ini dapat untuk mengatasi writer’s blockr. Hanya, soal ini nanti akan saya jelaskan lebih detail di buku saya berikutnya yang akan terbit dengan berjudul WRITING TOOLBOX UNTUK MENGATASI WRITER’S BLOCK. Di buku FW, belum saya bahasa secara tuntas meski saar-samar saya tunjukkan. Saya hanya lebih menekankan pada tujuan FW untuk mengatasi BEBAN, TEKANAN, dan HAMBATAN menulis.

Saya anjurkan untuk mencobanya selama satu bulan dan dilakukan setiap hari selama 10 menit.


Rumusnya kemudian berbentuk angka ini: 1-10-7-4. Setiap hari (angka 1), lakukan FW selama 10 menit (10)—dengan menggunakan alarm—selama sedikitnya seminggu (7) dan lebih bagus jika dapat mencoba 4 model atau melakukannya selama sebulan (4). Insya Allah, kemampuan menulis apa pun akan meningkat pesat. Dan ketika menulis untuk ikut lomba tidak akan terbebani serta kepercayaan diri dapat meningkat pesat. Lewat FW, seorang penulis juga akan dimudahkan dalam mengalirkan gagasan dan keunikan tulisan yang berkarakter—apa pun yang ditulisnya. Begitulah promosinya he he he.


#2 Lenny Martini, Bonn

Url blog: lennylearning.wordpress.com

Terimakasih atas kesempatan untuk bertanya kepada Bapak. Ini pertanyaan saya:

a. Yang saya pernah dengar menulis untuk diri sendiri (MUDS) itu dibolehkan menulis apa saja, semacam curahan hati dsb. Lalu jika menulis menjadi semacam terapi untuk hati, setelah menulis dianjurkan kertasnya dibuang. Bagaimana dengan free writing? Apakah setelah menulis juga dibuang hasil tulisannya?


b. Apakah ada bedanya latihan free writing menulis dengan tangan (hand writing) dan menulis di komputer atau gadget (typing) ?


Jawaban:

a. MUDS itu juga konsep menulis temuan saya. Ada MUDS dan ada MUOL. Ini topik berbeda dengan topik free writing (FW). MUDS ada aturannya juga. Tujuan MUDS adalah untuk memunculkan diri-unik (karakter) si penulis ketika menulis. Dalam bahasa yang lain, MUDS ini saya pakai untuk mengarakterisasi tulisan. Diharapkan sebuah tulisan menjadi “gue banget” lewat teknik MUDS.


Kalau menulis menjadi semacam terapi untuk hati, itu konsepnya Dr. Pennebaker. Dalam bukunya, Opening Up, dijelaskan risetnya tentang menulis yang dapat “menyembuhkan” stres. Ini juga ada aturan-aturannya. Free Writing tentu ada aturannya juga. Seperti menggunakan rumus: 1-10-7-4 dan menggunakan alarm (pembatas waktu selama 5, 10, atau 15 menit) ketika melakukan FW.


b. Tentu ada. Hanya, saya tidak menekuni perbedaaanya. Saya hanya mengajurkan melakukan FW dengan laptop. Sekali lagi, tujuannya adalah untuk menghilangkan HAMBATAN, TEKANAN, dan BEBAN menulis—terutama di awal ketika ingin belajar menulis.


#3 Pertanyaan: Festining Tarias, Pekalongan

Url blog: emakbahagia.wordpress.com

Assalamualaikum W. W.

Semoga sehat selalu Pak Hernowo, Terima kasih sudah memberikan testimoni dalam buku saya, 'Ibu-Ibu Bicara Profesional'. Senang rasanya ada kulwhap bersama Bapak. Izin bertany.

a. Apakah perbedaan Free Writing dengan menulis tanpa aturan menulis?


b. Bagaimana caranya menggunakan free writing sebagai aturan baru bahkan sebagai rujukan para penulis.


c. Jika free writing tidak menggunakan kaidah KBBI maka, Kita boleh melanggar aturan dengan kesadaran, dengan alasan: Misalnya Sholat langgar KBBI, Da’wah bukan Dakwah. Bagaimana tanggapan Bapak?

Terima kasih


Jawaban:

a. Oh, apakah Bu Tarias ini ikut bergabung di komunitasnya Mas Barid ya? Perbedaannya mungkin dalam hal TUJUANNYA saja ya Bu? Kalau “menulis tanpa aturan menulis” itu tujuannya apa? Kalau FW tujuannya adalah untuk menghilangkan beban, hambatan, dan tekanan dalam memulai menulis. Juga FW pakai alarm.


b. Silakan dipahami terlebih dahulu TUJUAN FW Bu. Dengan memahami tujuan FW, ibu pun dapat memanfaatkan FW dengan lebih terarah.


c. Sekali lagi, saya harus kembali ke tujuan FW. Tujuan FW adalah untuk menghilangkan BEBAN, TEKANAN, dan HAMBATAS menulis. Dari tujuan ini, saya kemudian menciptakan aturan-aturan FW. Misalnya dari Elbow muncul aturannya begini: “menulislah tanpa sensor dan editing”. Dari Goldberg muncul kredo: Keep your hand writing dan menulislah tanpa bentuk. Dan hampir semua penganjur FW memberikan aturan yang jelas dan tegas: pakailah alarm (pembatas waktu) ketika sedang FW.


#4 Shanty Dewi Arifin, Bandung

Url blog: www.ceritashanty.com & www.ulasanbuku.ceritashanty.com

Saya sangat terkesan dengan buku Free Writing karangan Bapak karena membantu menerjemahkan teorinya Pennebaker dalam bentuk praktis.

Dalam buku itu ditulis dengan berlatih free writing 10 menit setiap hari saja selama 1 bulan. Dimana minggu 1 untuk menulis bebas, minggu 2 untuk menulis setelah sebelumnya membaca sedikit, minggu 3 untuk selang-seling kegiatan minggu 1 dan 2, dan terakhir minggu 4 adalah kegiatan free writing untuk menyiapkan naskah untuk dibaca umum.


Yang mau saya tanyakan, apakah pola ini cukup efektif? Atau kita bebas memodifikasi sesuai kebutuhan kita?

Misalnya saya inginnya buat program free writing selama 99 hari. Atau maunya free writingnya 2 hari sekali saja? Atau lebih suka free writing gaya minggu pertama saja?


Bagaimana dengan modifikasi-modifikasi seperti ini? Bagaimana juga kalau kita tidak konsisten. Misalnya 3 hari pertama rajin free writing. Terus liburnya 2 hari. Lanjut rajin lagi 5 hari. Malas lagi 1 minggu. Nah antisipasinya bagaimana kalau begini Pak?


Jawaban:

Ya, buku Pennebaker, Opening Up, memang telah mengubah paradigma menulis saya. Teori menulisnya Pennebaker itu baru bermanfaat jika dipraktikkan berulang-ulang. Teorinya sangat sesuai dengan konsep FW yag memang menulis hanya untuk MEMBUANG.

Terus terang soal efektif atau tidak belum saya uji. Tetapi, saya menyarankan dicoba dulu. Tentu saja sangat boleh untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan.


Model-model FW yang saya kembangkan tidak mutlak untuk diikuti. Itu berdasarkan pengalaman saya saja.

Boleh saja free writing sesuai keinginan. Tapi tolong jangan keluar dari TUJUAN FW ya? Tujuannya sudah berkali-kali saya jelaskan sebelum ini, yaitu untuk menghilangkan BEBAN, TEKANAN, dan HAMBATAN menulis. Ada tujuan lain, tetapi yang utama ada tentang menghilangkan BEBAN menulis itu.

Modifikasi-modifikasi seperti itu, boleh-boleh saja asal dapat mencapai tujuan Anda dan sesuai keinginan Anda. Dan soal konsistensi, bersungguh-sungguh melakukannya, dan berdisiplin itu TIDAK BOLEH DITAWAR jika ingin efektif atau berhasil melakuan FW.


Menurut Daniel Coyle, dalam The Talent Code, hal-hal yang saya sebutkan itu penting saat kita melakukan “deep practice” (latihan yang disertai kesungguhan dan berulang-ulang)


#5 Zuhriyyah Hidayati, Lamongan

Url Blog : zuhibufarrasfawwaz.wordpress.com

Jujur saja, saya belum punya bayangan tentang free writing ini. Apakah penulisan buku harian termasuk free writing?


Jawaban:

Semoga dengan membaca tanya-jawab sebelum ini, Mbak Hidayati sudah mulai paham tentang apa itu FW dan apa tujuannya. Penulisan buku harian tidak termasuk FW. FW aturannya berbeda dengan penulisan buku harian. Mungkin tujuan FW juga berbeda dengan penulisan buku harian.


#6 Julia, Probolinggo

Url blog: sepradik.com

a. Apa manfaat free writing ini bagi penulis pemula?


b. Apakah buku yang Bapak tulis juga hasil dari melakukan free writing?


c. Jika iya, berapa lama Bapak membutuhkan waktu untuk membuat buku sambil melakukan free writing


d. Untuk menarik pembaca sehingga blog memiliki penampilan yang baik, kita perlu menulis sesuatu yang bagus dan menarik, bisakah kita melakukannya dengan free writing ini? Atau ada langkah-langkah nya?

Terima kasih 😊


Jawaban:

a. Penulis pemula akan menjadi TIDAK TAKUT menulis. Dia juga akan menulis dengan penuh percaya diri. Lalu, bisa jadi berbagai hambatan menulis (writer’s block) akan dapat dimusnahkan. Kemudian, jika dapat dibiasakan, FW akan meningkatkan berbagai writing skills.


b. Buku FW ini buku ke-38 saya. Ya, saya melahirkan buku ini lewat FW.


c. Sekitar setahun lebih sedikit. Dari awal 2016 hingga awal 2017. Setengah tahun untuk perbaikan di penerbitan.


d. Dengan berlatih FW sesuai aturan, writing skills Anda insya Allah akan meningkat. Writing skills itu, salah satu contohnya, adalah dalam merangkai pikiran (merangkai kata dan kalimat).


Hanya latihan menulis yang teratur dan terstruktur yang membuat kemampuan menulis kita meningkat. Kalau kemampuan menulis meningkat, tulisan pasti menjadi menarik, unik, dan enak dibaca. Kalau tak berlatih, ya kemampuan menulis tak meningkat.


#7 Quree, Bandung

Url blog: quraeni.wordpress.com

a. Apakah free writing bisa dijadikan pelampiasan emosi?

misal, sebagai pengganti marah dan berkata kasar maka menulis bebas.


b. free writing itu menuliskan semuanya, apa saja yang berseliweran di kepala dan meresahkan hati?

misal, sebagai pengganti marah dan berkata kasar maka menulis bebas.


Jawaban:

a. FW bisa untuk MEMBUANG emosi negatif.


b Ya, benar. Hanya tolong perlu menggunakan alarm. Kita punya 2 jenis emosi: - dan +. Keduanya sangat berpengaruh saat kita menulis. FW dapat membuang emosi - dan menghimpun emosi +.

Menulis yang baik itu perlu emosi. Emosi memberi warna pada tulisan kita. Warna itu bagaikan pelangi.


#8 Dyah Ariani, Bandung

Url blog : mylittlesafari.blogspot.com

Terima kasih banyak sebelumnya atas waktu dan kesempatannya, Pak Hernowo. Izin bertanya :


a. Apakah dengan berlatih free writing secara rutin sesuai yang dianjurkan di buku bapak dapat membantu mengasah kemampuan memahami makna dari suatu paragraf bagi orang-orang yang memiliki kesulitan dan kendala dalam membaca?


Kebetulan ada anggota keluarga saya yang tidak gemar membaca karena alasannya setiap mencoba membaca buku, untuk menangkap ide-makna yang disampaikan pada satu paragraf saja sangat susah / kesulitan...🙏


b. Mohon masukkan / pencerahan / tips dan trik sebagai upaya dalam membantu kesulitan membaca tersebut.


Jawaban:

a. Bisa, dengan FW model 2 atau Minggu 2 di mana FW saya padukan dengan Mengikat Makna. Dan tentang TIDAK gemar membaca itu soal lain. FW dan MM tidak bisa membantu langsung agar seseorang menjadi gemar membaca. Ini perlu diskusi lebih panjang.


b. Pertama, harus ada pembiasaan membaca (reading habit). Kedua, harus tersedia buku-buku yang memang menarik dan sesuai dengan minat membaca yang bersangkutan. Ketiga, terapkan atau praktikkan mengikat makna. Usai membaca, cobalah tuliskan manfaat membaca yang didapat.


#9 Mira Humaira, Bandung.

Url blog: mirahumaira.blogspot.co.id

Salam Literasi, Bapak Hernowo 😃. Saya ingin bertanya,

a. Apakah dalam free writing ini ada tujuan-tujuan khusus? Lalu apakah tekniknya berbeda-beda untuk masing-masing tujuan?


b. Bagaimana keterikatan antara free writing dengan menulis mengikat makna?


Jawaban:

a. Ya, pertama tentu ada tujuan utamanya—ini sangat jelas. Tujuan lain atau khusus tentu saja ada juga. Misalnya tujuan khusus itu, antara lain, untuk membuka dan mengalirkan pikiran dengan mudah. Lalu untuk mengatasi kemacetan menulis. Yang lain, misalnya, untuk melatih keterampilan fisik menulis atau menyinkronkan keterampilan fisik (mengetik dengan jari) dan keterampilan nonfisik menulis (mengendalikan emosi—misalnya kegalauan [kemrungsung] atau ketidak percayaan diri [karena takut salah atau tidak yakin dengan apa yang ingin ditulisnya, dsb.].


b. Ini merupakan Model 2 dalam konsep FW di buku saya. Saya menciptakan 4 model dalam FW. Salah satu model ya memadukan FW dengan mengikat makna. Tujuannya agar setelah membaca, kita bebas menyampaikan pikiran kita yang sudah diisi dengan membaca. Saya merumuskannya begini: membaca itu MEMASUKKAN sesuatu yang penting dan berharga, dan menulis itu MENGELUARKAN sesuatu yang masuk ke dalam pikiran yang sudah diolah dengan cermat dan baik.


Penutup

Saya sudah bekerja di penerbitan buku selama hampir 30 tahun. Berkarier sebagai penulis selama 20 tahun. Sudah menghasilkan 30 buku dan ratusan tulisan lepas di Facebook.
Saya tidak berlatar pendidikan bahasa. Saya juga tidak merasa punya bakat menulis. Saya bukan berdarah atau keturunan penulis. Saya dapat menulis karena membaca tulisan orang lain "yang bergizi".

Saya sangat selektif dalam memilih penulis. Saya setiap hari pasti membaca. Hanya, saya tak mau membaca teks yang tidak bergizi. Membaca teks yang tidak bergizimembuang-buang waktu saja.

Jadi, saran saya, membacalah sebanyak dan sesering mungkin teks--artikel pendek atau buku--yang bergizi jika ingin menjadi penulis yang baik. Bagi saya, membaca=belajar menjadi penulis.


249 views0 comments

Comments


bottom of page