top of page

One Day One Siroh : Tawadhu' dan Zuhudnya Rasulullah

Salah satu resolusi sekaligus changemaker keluarga kami adalah one day one siroh, menghadirkan kisah-kisah keteladanan Rasulullah dan para sahabat . Kami memilih ba'da magrib sebagai waktu untuk sharing.


Hari pertama Ayah Adskhan yang mendapat kesempatan berbagi.

Beliau mengambil tema tentang tawadhu' (core value keluarga kami). Berkisah tentang makna-makna tawadhu' dan contoh yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Makna tawadhu' yang paling saya ingat adalah :

- tidak merasa lebih baik dari hamba Allah yang lain ;

- senantiasa memanfaatkan kelebihan yang dimiliki untuk kebermanfaatan bagi sesama ;

- merendahkan suara saat berbicara namun tetap tegas dan percaya diri ;

- menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikan ;

- tawadhu' adalah rendah hati, bukan rendah diri.


Hari kedua (hari ini) saya lah yang mendapat kesempatan berbagi hikmah. Sebelum magrib mengambil buku Balita Berahlak Mulia dan mencari kisah keteladanan yang akan diceritakan.


Kisah ini sudah sering saya dan suami dengar, namun tak bosan untuk diresapi kembali.


Umar bin Khattab menangis saat melihat pipi Rasulullah berbekas alas tidurnya, saking kasarnya alas tidur yang digunakan Rasulullah.

Umar menangis saat itu, melihat betapa zuhudnya kekasih Allah, padahal Rasulullah bisa mendapatkan kehidupan duniawi yang mewah.


Umar membandingkan kehidupan Rasulullah dengan Kisra dan para kaisar saat itu.


Kemudian Rasulullah menyampaikan,

" Mereka adalah kaum yang kesenangannya disegerakan dan tidak lama lagi akan sirna, tidak kah engkau rela mereka memiliki dunia sedang kita memiliki akhirat? Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia ibarat orang yang bepergian di bawah panas. Berlindung sejenak di bawah pohon kemudian meninggalkannya."


Masya Allah, betapa zuhudnya Rasulullah.

Semoga bisa meneladaninya..




152 views0 comments
bottom of page