Dari sinilah gagasan awal Ibu Profesional hadir. Piramida ini dibuat oleh Dodik Mariyanto pada tahun 2008 dan diterjemahkan Septi Peni Wulandani dalam sebuah gerakan merevitalisasi makna Ibu yang ia mulai pada tahun 2011.

Akhlak Mulia
Sebagaimana misi Rasulullah s.a.w "Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia“. Maka segala aktivitas pendidikan di semua keluarga dan komunitas sudah selayaknyalah apabila menuju kepada satu misi tersebut.
Piramida Ibu Profesional yang di gagas oleh Dodik Mariyanto inipun bermuara pada akhlak mulia. Baik piramida atas maupun piramida bawah.
Piramida Atas
Modal awal ketika menjadi ibu adalah memiliki kemauan belajar yang tinggi, terus menerus mengembangkan dirinya, memantaskan diri agar layak mendapatkan amanah anak-anak hebat.
Kesungguhan belajar para ibu ini, membuat kita kembali memiliki kemampuan dalam mendidik anak dan mengembangkan bakat mereka sesuai fitur unik yang dibawanya sejak lahir. Karena sejatinya kemampuan ini sudah ada dalam diri ibu sejak mereka diamanahi anak-anak di dalam rahimnya. Kemampuan ini menjadi mandul, tidak terasah, karena makin banyak ibu yang mulai memasrahkannya kepada sekolah atau lembaga pendidikan lain. Pendidikan keluargapun menjadi lenyap entah kemana.
Setelah mendidik anak dengan baik maka ketrampilan ibu dalam mengelola dirinya, keluarganya dan segala aktivitasnya di ranah publik harus mulai ditingkatkan. Hal inilah yang akan membantu para ibu menyelesaikan urusan dengan dirinya sendiri. Ranah domestikpun mulai menguat, sebagai pijakan awal para ibu untuk masuk ke ranah publik.
Ibu yang selesai di ranah domestik, mampu mendidik anaknya, mampu mengelola diri dan keluarganya dengan sangat baik, biasanya akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini akan membuat anak-anaknya tumbuh dengan mental yang sehat dan senantiasa bahagia.
Ibu yang mendidik anak dan mengelola keluarga dengan mental sehat dan bahagia akan semakin menyempurnakan akhlak mulia bagi dirinya dan keluarganya.
Konsep piramida atas ini diterjemahkan Septi Peni Wulandani menjadi dasar pembuatan kurikulum program bunda sayang dan bunda cekatan. Dasar konsep inilah yang akan memunculkan ide pentingnya "capacity building system" yang dibangun melalui forum belajar yang dinamakan "Institut Ibu Profesional".
Piramida Bawah
Ketika seorang ibu sudah kuat pijakannya di ranah domestik, maka secara alamiah pasti akan memasuki ranah publik. Seperti apa yang pernah disampaikan Dodik Mariyanto ke Septi Peni Wulandani ketika ia memintanya untuk fokus terlebih dahulu di dalam. Saat itu Dodik berpesan "Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik".
"Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik".
Para ibupun mulai memasuki ranah produktif, senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menentukan visi hidupnya dan menemukan misi penciptaan dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar. Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani hidup ini dengan menempatkan keluarga dan sang buah hati sebagai prioritas utama dan pertama. Para ibu memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki.

Gerakan para Ibu Profesional ini akan merevitalisasi makna ibu, peran ibu menjadi sangat berarti di mata semua perempuan, menjadi ibu rumah tangga bukan lagi sebagai sebuah keterpaksaan dan pengorbanan melainkan sebuah PILIHAN yang luar biasa.
Pendidikan dan pelatihan untuk para Ibu Profesional menjadi fokus utama kegiatan komunitas. Membangun kapasitas adalah salah satu bagian dari proses memantaskan diri.
Berikutnya adalah cita-cita pengembangan sarana Ibu Profesional seperti platform pelatihan online maupun offline, buletin Ibu Profesional, majalah ibu Profesional, radio Ibu Profesional, televisi Ibu Profesional, penelitian dan konsultasi Ibu Profesional, dll.
Hal tersebut akan memunculkan jaringan kemadirian perempuan Indonesia baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri. Gerakan ibu sebagai agent of change pun akan semakin besar dan bisa memberi harapan pada bangsa ini sebagai bangsa yang berakhlak mulia karena hadir generasi yang telah dididik oleh Ibu Profesional.
Konsep piramida bawah ini diterjemahkan Septi Peni Wulandani sebagai dasar pembuatan kurikulum bunda produktif dan bunda shaleha. Konsep piramida bawah ini juga memunculkan adanya "community building system"yang dibangun melalui manajemen "Komunitas Ibu Profesional".
Semakin jelas sekarang betapa pentingnya mendidik seorang ibu, karena mendidik satu ibu sama dengan mendidik satu generasi.
"Mendidik satu ibu sama dengan mendidik satu generasi"
Sumber tulisan :
Hasil wawancara dengan Dodik Mariyanto dan Septi Peni Wulandani
Ebook, "Menjadi Ibu Profesional", Septi Peni Wulandani, 2016
Comments