top of page

5 Kutipan RA Kartini Yang Akan Membuatmu Semangat Lagi


Oleh : Widi Utami


Raden Adjeng Kartini, pahlawan perempuan Indonesia yang memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, terkenal dengan bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya, umumnya sekolah hanya mengenalkan judul bukunya saja. Sangat jarang sekolah yang membahas isi buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini adalah kumpulan surat RA Kartini kepada sahabat penanya dengan judul asli Door Duisternis tot Licht diterbitkan pada tahun 1911.


Berbicara tentang RA Kartini, kita tidak bisa lepas dari semangat literasi. Meski usianya pendek, hanya 25 tahun, RA Kartini membuat gebrakan yang mengguncang bumi Indonesia. Menginspirasi perempuan lain untuk keluar dari kungkungan sumur-dapur-kasur.


RA Kartini dan Perempuan Berdaya


RA Kartini memimpikan perempuan mandiri yang tidak hanya memperjuangkan kebahagiaannya sendiri. Ia memimpikan bertemu dengan perempuan modern yang juga memperjuangkan masyarakat luas. Memperjuangkan orang lain tanpa mengesampingkan kebahagiaan sendiri. Hal ini terungkap pada surat Kartini kepada Surat Kartini kepada Estella H. Zeehandelaar, 25 Mei 1899.

“Saya ingin berkenalan dengan seorang gadis modern, yang berani, yang dapat berdiri sendiri... yang selalu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dan kebahagiaan dirinya sendiri saja, tetapi juga berjuang untuk masyarakat luas, bekerja demi kebahagiaan banyak sesama manusia."

Bunda, Bahagiakan diri Bunda dan tebarkan manfaat seluas-luasnya.


Keningratan Menurut RA Kartini, Mendobrak Suku, Agama dan Ras


Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran (fikroh) dan keningratan budi (akhlak). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat orang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholih orang yang bergelar macam Graaf atau Baron?… Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yang picik ini,…

RA Kartini menilai orang berdasarkan akal fikiran dan baik budinya. Ia mendobrak keningratan suku, keturunan, agama dan ras yang dipuja-puja pada jamannya meskipun ia sendiri lahir dari kalangan ningrat.


Bunda, terus bergerak menebar manfaat. Sesap semangat RA Kartini untuk menebar manfaat tanpa memandang apa suku, agama dan rasnya.


Lanjutkan Perjuangan, Sekalipun Kita Tidak Tahu Apakah Kita Akan Sampai pada Tujuan


Salah satu hal yang mengganjal ketika kita berjuang tentang sebuah cita-cita adalah pikiran bagaimana jika kita tidak sampai ke tujuan tersebut. Rasa-rasanya tujuan itu terlalu tinggi, terlalu jauh dan kita tidak sanggup untuk sampai kesana, entah karena usia, entah karena sakit yang menggerogoti badan. RA Kartini mengajak kita untuk terus berjuang dengan suratnya berabad lampau;

Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.

Bunda, barangkali tujuan kita membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit, hingga kita terus bertanya-tanya apakah kita mampu mencapai jalan itu. Tetaplah berjuang, sekalipun kelak jika Tuhan menakdirkan kita tidak bisa mencapai tempat tujuan kita karena telah tiba saatnya untuk kembali kepada-Nya, kita kembali dalam keadaan bahagia karena telah mengisi hari-hari dengan perjuangan.


Jika Satu Mimpi Redup, Nyalakan Mimpi yang Lain


Seringkali dalam hidup kita menjumpai mimpi-mimpi kita berguguran. Mungkin tentang sekolah yang terbentur dengan mengasuh anak-anak, mungkin tentang mimpi yang harus dipangkas karena ekonomi sedang tidak mendukung, mungkin tentang mimpi yang harus dikubur karena ada prioritas lain yang lebih mendesak.


Tetaplah bermimpi, barangkali dari mimpi-mimpi yang redup tersebut, menyalakan mimpi lain yang lebih matang, yang kelak akan terwujud dengan pondasi yang lebih kokoh. RA Kartini menganalogikan dengan bunga-bunga yang berguguran;


Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh, demikianlah pula dalam hidup manusia bukan? Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikan buah.

Terus Berpegangan pada Tangan-Nya, Gelap Gulita pun Menjadi Terang


Konon, malam yang paling gelap adalah malam menjelang fajar. Barangkali sekarang Bunda sedang merasakan betapa gelapnya masalah yang sedang dihadapi, belum terlihat sepercik cahaya. Tetaplah berpegangan pada Tangan-Nya dengan bergantung pada Kasih-Nya, dan sambutlah terang yang menyongsong setelah malam gelap gulita.


Tetapi sekarang ini, kami tiada mencari penglipur hati pada manusia, kami berpegangan teguh-teguh pada tangan-Nya. Maka hari gelap gulita pun menjadi terang, dan angin ribut pun menjadi sepoi-sepoi.

Bunda, selamat Hari Kartini. Semoga spirit Kartini terus terpatri pada diri kita. Menebar manfaat seluas-luasnya dengan tetap membahagiakan diri dan keluarga.

131 views0 comments
bottom of page