“Aku kira setelah melahirkannya, dunia akan menjadi semakin indah terasa. Tapi kenyataan lain adanya, kehadirannya justru membuatku lelah jiwa raga.”

Suatu hari seorang wanita muda yang baru melahirkan putra pertamanya lima hari yang lalu, tetiba berkeluh dengan tatapan mata jauh melampauiku yang tengah duduk di depannya, untuk mendengarkan setiap kalimat yang meluncur dari lisan yang seolah dibiarkannya mengalir begitu saja.
Pada umumnya, melahirkan seorang bayi yang serta merta merubah status menjadi seorang ibu seharusnya menjadi satu peristiwa penting dalam kehidupan seorang wanita, yang tentunya dapat mengubah kehidupannya pula. Seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Situasi ini merupakan suatu momen di mana tawa dan air mata menjadi satu hal yang tak dapat dipisahkan. Rasa bahagia dengan air mata yang berderai bersama senyum yang sempurna muncul bersama dan silih berganti menghias wajah ibu muda.
Sayangnya, betapapun seorang ibu muda begitu bersemangat mengasuh bayi mungil buah cinta yang dinantikannya selama sembilan bulan di dalam kandungan, kenyataanya dia tetap harus menghadapi fakta fluktuasi hormon yang naik turun, fisik yang senantiasa didera lelah, dan pastinya, waktu tidur yang tinggal sedikit saja.
Itulah mengapa, aku memilih tetap tersenyum mendengarkan setiap kalimat lelah yang keluar dari lisan ibu muda itu dengan seksama. Mungkin dia tengah merasa kewalahan hingga tidak dapat menikmati fase baru kehidupannya, tidak lama setelah melahirkan dan mengalami serangan ‘baby blues syndrome’.

APA ITU BABY BLUES SYNDROME?
Iya, benar. Baby blues syndrome atau yang bisa disebut juga dengan istilah post partum syndrome ini merupakan gangguan suasana hati yang biasa dialami oleh 80 persen ibu setelah melahirkan. Walaupun gejalanya terkadang nampak sepele, tetapi bisa berdampak negatif bagi ibu dan bayi jika tidak ditangani dengan segera.
Baby blues syndrome bisa mulai dirasakan pada minggu pertama, kemudian bisa bertahan hingga dua minggu paska persalinan. Kondisi ini bisa menyebabkan ibu mudah sedih, mudah lelah, tidak sabaran, gelisah, cemas akan kesehatan bayinya dan masalah menyusui, menangis tanpa alasan yang jelas, serta merasa sulit konsentrasi.
Meskipun keadaan ini tidak dirasakan secara terus-menerus atau hanya hilang timbul, tetap saja harus segera diatasi agar tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih parah, seperti postpartum depression (depresi paska melahirkan).

PENYEBAB BABY BLUES SYNDROME
Belum diketahui secara pasti apa penyebab baby blues syndrome ini, akan tetapi ada beberapa faktor penguat yang memicu timbulnya kondisi ini, di antaranya:
Perubahan hormone
Penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron yang drastis, serta peningkatan hormone oksitoksin setelah melahirkan menyebabkan perubahan zak kimia di otak ibu, sehingga memicu terjadinya perubahan suasana hati atau yang dikenal dengan istilah mood swing.
Kelelahan
Proses persalinan yang panjang dan aktivitas mengajarkan bayinya agar bisa menyusu dengan benar, pasti melelahkan. Belum ditambah aktivitas lain untuk memenuhi kebutuhan si kecil. Lelah yang bertumpuk juga sangat mempengarusi emosional ibu.
Kesulitan beradaptasi
Kesulitan bahkan ketidaksanggupan ibu menyesuaikan diri dengan peran baru, membuatnya kewalahan mengurus segalanya sendiri, termasuk kebutuhan si kecil.
Kurang tidur
Siklus tidur bayi yang belum teratur, membuat ibu harus begadang di malam hari hingga kurang tidur. Kondisi ini menyebabkan fisik merasa lelah dan tidak nyaman hingga menyebabkan munculah kondisi baby blues.
Sakit pada payudara
Ketika ASI (air susu ibu) sudah mulai terproduksi payudara akan cepat besar dan membengkak, tak jarang bisa menyebabkan masalah yang lebih serius seperti bendungan ASI dan mastitis atau peradangan pada payudara yang bisa menyebabkan badan ibu mengalami gejala letih dan demam.
Kurangnya dukungan dari keluarga, khususnya suami
Sebagian orang masih menganut paham urusan domestik rumah tangga adalah kewajiban seorang istri. Ketidakpedulian suami, menambah beban psikis ibu yang masih harus menanggung lelah mengurus pekerjaan domestik juga kebutuhan si bayi yang baru dilahirkan, hingga memicu baby blues.
Perubahan fisik
Kekhawatiran tentang kelancaran produksi ASI, sering membuat ibu muda melakukan apa saja agar ASI lancar dan mencukupi kebutuhan bayinya, termasuk mengikuti berbagai saran agar makan apa saja supaya ASI lancar. Alih-alih ASI lancar, terlalu sering makan justru membuat tubuh ibu membengkak bahkan lebih dari saat hamil. Rasa tidak percaya diri karena gemuk mulai menyergap, dapat membuatnya jatuh ke dalam kondisi baby blues.
BAGAIMANA MENGATASI BABY BLUES SYNDROME
Hamil, kemudian melahirkan pada situasi dan kondisi biasa saja sudah bisa memunculkan rasa cemas dan khawatir tersendiri, hingga memicu timbulnya baby blues. Apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti ini, niscaya kecemasan itu kian bertambah. Meskipun pada umumnya baby blues dapat membaik dengan sendirinya, tetapi ibu masih perlu mengelola suasana hati agar tidak berkembang menjadi postpartum depression. Adapun beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi baby blues adalah sebagai berikut :
Jangan berhenti berharap pada Tuhan
Tidak sehelai daunpun jatuh ke bumi, melainkan Allah mengetahuinya. Demikian pula dengan kondisi ibu saat ini. Maka, senantiasa memperbanyak do’a kepada Allah agar diberi taufik dan kemudahan dalam menjalankan kewajiban sebagai seorang ibu, adalah keputusan tepat agar senantiasa sadar untuk bersandar, dari segala keresahan.
Senantiasa ikhlas dengan peran baru sebagai ibu, dengan segala konsekuensi ringan dan beratnya
Setuju atau tidak, menjadi ibu adalah impian, tetapi tidak semua impian terwujud seperti keinginan. Tidak sedikit yang telah menanti bertahun-tahun namun belum dikaruniai momongan, bahkan hingga jiwa kembali pada Tuhannya. Lalu, apalagi alasan ibu untuk tidak bahagia dengan anugerah terindah yang lahir dari rahimnya?
Jangan membebani diri, fleksible dan belajar senantiasa bersikap tenang.
Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, itu sangat perlu. Katakan jika sudah mulai merasa kewalahan dan terimalah bantuan dari orang-orang terdekat yang bisa dipercaya. Jangan sekali-kali memaksa diri untuk mengerjakan segalanya sendiri. Biarkan keluarga dan pasangan membantu pekerjaan rumah dan mengurus sikecil.
Tidur yang cukup
Semalam ibu sudah begadang demi memenuhi kebutuhan bayi, maka tidak ada salahnya jika ibu ikut tidur ketika si bayi tidur. Manfaatkan saat-saat itu dengan sebaik mungkin untuk beristirahat, melepas lelah dan penat untuk memulihkan tenaga. Jangan ragu untuk meminta tolongan pasangan untuk mengganti popok si kecil dan menjaganya jika dia sewaktu-waktu terbangun dan pipis.
Me time
Luangkan waktu untuk diri sendiri, meskipun hanya lima belas menit saja untuk melakukan aktivitas yang ibu senangi. Ibu bisa mendengarkan murotal, membaca buku, olah raga ringan atau mungkin bisa sejenak berendam air hangat untuk merelaksasikan otot tubuh.
Olahraga rutin
Olahraga dapat membantu mengatasi baby blues, karena tidak hanya mengalihkan perhatian dan rasa khawatir yang ibu rasakan, tetapi juga bisa membantu meningkatkan mood dan kualitas tidur.
Makan makanan yang berkualitas
Selain berolahraga, ternyata makanan juga bisa membantu mengontrol mood ibu. Sebaiknya ibu menghinari makanan yang tinggi karnohidrat sederhana seperti sirup, dan kue kering kemasan karena makanan jenis ini diduga dapat memperparah mood swing.
Berbagi cerita
Baby blues syndrome bukanlah aib dan sesuatu yang memalukan, jadi ibu tidak perlu merasa malu mengkomunikasikannya dengan orang-orang terdekat. Selain itu, ibu dianjurkan bersosialisasi dengan ibu baru lainnya agar dapat bertukar cerita mengenai perasaan yang dialami
Selain beberapa cara di atas, agar baby blues syndrome dapat diminimalisir maka ada beberapa persiapan yang perlu dibuat oleh sebuah keluarga yang menginginkan seorang hadirnya anak di dalam rumah tangga, di antaranya adalah:
Merencanakan kehamilan yang didukung oleh kesiapan mental, finansial, dan sosial dari pasangan suami istri.
Mempersiapkan pengetahuan dasar tentang calon ayah dan calon ibu tentang kehamilan, persalinan, sampai perawatan buah hati.
Mendiskusikan pembagian kerja antara suami dan istri sejak si kecil masih di dalam rahim hingga ia dilahirkan ke dunia, agar ibu berkemungkinan mempunyai waktu untuk beristirahat yang cukup.
Memastikan tempat periksa kehamilan dan persalinan untuk menciptakan hubungan yang baik dan kenyamanan dalam proses persalinan.
Mempertimbangkan kemungkinan mencari asisten untuk membantu mengurus tugas rumah tangga
Ketika baby blues ini muncul di tengah-tengah momen bahagia menyambut buah hati, pasti akan terasa sangat aneh. Namun yang perlu ibu ingat, hal itu adalah suatu yang normal dialami oleh banyak ibu lainnya. Jangan menyerah dan yakinkan bahwa ibu mendapat banyak dukungan fisik dan moral dari orang-orang sekitar.
Namun, jika dengan beberapa cara tadi apa yang ibu rasakan tidak berkurang atau bahkan cenderung menetap, segeralah berkonsultasi ke dokter atau bidan tanpa ragu agar mendapat bantuan yang sesuai dengan kebutuhan ibu.
==
Diterbitkan oleh Media Komunikasi Seknas Ibu Profesional
Penulis : Bidan Ami
Editor : Widi Utami Desain : Alienda Sophia
Comments