top of page
Writer's pictureFeli Mulyani

Berdamai dengan Diri Sendiri


Sebagai seseorang yang pernah mengeyam bangku perkuliahan, dengan jurusan Penyiaran

Radio tentu harapannya di pagi seperti ini adalah sudah duduk cantik depan microphone, dengan list lagu-lagu siap putar dilayar dan script siaran beragam informasi yang siap dibacakan. Mengudara suara riang dan gembira, menularkan semangat pagi saat menyapa para pendengar yang tengah tenggelam dengan berbagai aktifitas mereka.


Namun semua itu harus dipendam jauh, setelah kelahiran anak pertama gerak langkahku semakin terbatas. Jangkan pergi bersiaran, beranjak sebentar ke kamar mandi pun ditangisinya seperti mau pergi keluar negeri jadi TKI.


Saya terpaksa resign karena sudah tak kuat lagi. Karena saat berangkat diiringi dengan tangisan, saat di studio ditelepon yang terdengar hanya tangisan dan saat pulang kerja disambut dengan tangisan anak-anak.

Semakin menambah rasa bersalah, ketika anak-anak jatuh sakit. Semuanya keluarga memandang sinis, mengalahkan saya yang seolah saya kejam, tak sayang sama anak. Hanya mementingkan diri sendiri. Padahal jika mereka tahu, saya bekerja demi membantu dan meringankan beban suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan berat hati, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti berkerja!

Setelah resign kejenuhan dalam rutinitas kerap melanda, keinginan kembali bekerja selalu membayangi namun setelah itu selalu ada rasa bersalah yang menghantui. Hingga hari ini saya selalu mencoba berdamai dengan diri sendiri. Saya menyakinkan diri bahwa ini adalah yang terbaik untuk saya, anak-anak dan keluarga.





115 views0 comments

Comments


bottom of page