“Dongeng itu seruu, menginspirasi”, ucap Yoga dengan riang saat kami berbincang di sore hari.
“Aku suka cerita”, Putri pun menimpali dengan semangatnya.
Sky flyer karya Yoga
Mengapa kita sebagai ibu, perlu belajar mendongeng?
Para Fasilitator Sulung IIP menuangkan idenya dalam diskusi tentang Dongeng di WAG Fasilitator Bunda Sayang Nasional (27/11/2017) sebagai berikut : 1. Karena dongeng adalah satu yang tidak pernah ditolak oleh anak. Anak selalu suka mendengar dongeng. 2. Sebagai salah satu media komunikasi produktif dengan anak 3. Mendongeng akan memperluas wawasan, imajinasi, memperkaya kosakata anak.
Cara mereka belajar komunikasi yang baik 4. Nasihat yang tak tertolak, karena bukan menggurui, tapi mengambil ibrah 5. Karena dengan dongeng ada imajinasi, ada cinta dan kehangatan kasih sayang yang meluncur lewat untaian kata 6. Sarana belajar sejak dahulu, bertutur 7. Cara mereka belajar akhlaq yg baik, Cara mereka belajar banyak hal baik 8. Dongeng itu seruu menginspirasi
Begitu pentingnya sesi dongeng, kisah dan bercerita dalam proses pendidikan anak-anak. Sesi ini menjadi salah satu sarana bagi orang tua untuk mendekatkan hati ke anak-anak. Ketika hati mereka telah terpaut, maka kepercayaan pun akan terbentuk. Ketika orang tua berusaha masuk ke dunia anak-anak, maka perilaku ini menambah rasa hormat mereka pada orang tua. Saat mereka dewasa kelak, orang tua dapat melihat buah perlakuannya pada anak-anak.
Dunia Cerita Kami
Dunia cerita adalah dunia kami. Di setiap detik tarikan nafas adalah kisah kami. Ini poin penting yang terus kami jaga saat berproses bersama anak-anak. Setiap kejadian, sebuah peristiwa adalah kisah. Proses demi proses yang kami lewati adalah penggalan cerita-cerita seru sebagai tonggak kehidupan.
Bercerita, menjadi hal dasar yang terus kami tanamkan dalam keluarga. Saat-saat bercerita, menjadi sesi yang terus dinanti dan dirindukan. Ketika masing-masing dari kami beraktivitas dan bertemu banyak hal, maka momen bercerita ini menjadi sangat seru. Ada banyak rasa yang membuncah saat dialirkan dalam satu sesi bercerita. Masing-masing dari kami pun merasa lega, ketika bisa menceritakan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Poin terpentingnya lagi, setiap anggota keluarga menjadi paham proses yang sedang dijalani masing-masing dan saling mendukung menjadi satu kesatuan keluarga yang utuh.
Putri dan pensil gambar
Selama menjalankan T10H level 10 dengan tema dongeng, kami pun berusaha lebih dalam menyelami proses ini. Bercerita menjelang tidur, telah menjadi agenda rutin ketika anak-anak berusia di bawah enam tahun. Selanjutnya, di usia enam tahun ke atas ini, Putri menikmati sesi bercerita yang dimulai dari buku bergambar. Bisa berulang kali minta untuk diceritakan. Yoga, di usianya sembilan tahun lebih dan suka membaca, seringnya mengusulkan ide kisah apa yang ingin dibacanya. Kemudian kami bantu mencari referensinya. Setelah Yoga membaca kisah tersebut, lalu kami pun terlibat dengan cerita seru tentang kisah yang baru saja dibacanya.
Titik suka pada anak-anak pun terus kami amati. Kemudian terlihat, Yoga suka berkreasi dengan lego dan memberinya nama sebagai satu sosok tokoh buatannya. Nah, cocok sekali. Di level 9, kami diajak untuk mengasah kreativitas. Kemudian di level 10 ini, diajak untuk mengembangkan ketrampilan mendongeng atau bercerita. Sesuai sekali dengan proses Yoga yang suka utak atik lego menjadi sebuah karya kemudian menyematkan nama pada lego hasil kreasinya. Penyematan nama ini menjadi salah satu proses penokohan dalam suatu cerita. Di titik proses ini, Yoga berusaha untuk menceritakan tokoh yang dibuatnya dari lego.
Di sisi lain, Putri dalam proses suka dengan gambar bercerita. Setiap hari, tidak lepas dengan pensil, bolpen dan kertas atau buku tulis. Imajinasi yang muncul saat itu langsung diwujudkannya dalam bentuk gambar. Kemudian, dengan senang hati Putri akan melanjutkannya dengan bercerita. Proses ini terus berulang. Gambar bercerita menjadi aktivitas rutin Putri sehari-hari. Kami pun bahagia dengan proses ini. Sering sekali Putri memberikan hadiah pada kami sebuah gambar kemudian ia akan menceritakan tentang gambar yang dibuatnya.
Jadi, proses T10H level 10 ini, justru kami banyak belajar dari anak-anak. Proses kreatif mereka sungguh istimewa. Ditambah lagi, keberanian mereka untuk menceritakan apa yang dibuat, dipikirkan dan dirasa, membuat kami semakin berkaca diri. Semakin menancapkan niat untuk terus belajar dan berproses bersama anak-anak.
Menjadi ibu yang asyik, menjadi orang tua asyik adalah proses. Diawali dengan kemauan kita untuk ‘nyelam’ bersama anak-anak. Membersamai aktivitas mereka dengan cinta. Lalu pasang mata hati untuk mengamati tumbuh kembang mereka. Terus membangun ikatan hati dengan sesi-sesi bercerita. Dongeng, cerita dan kisah menjadi salah satu cara yang seru membangun ikatan dengan anak-anak. Semakin sering kita terlibat cerita dengan anak-anak, maka ikatan hati pun semakin terbangun. Saat kita dan anak-anak sampai di titik rindu untuk berkisah bersama-sama, maka selamat, ikatan hati mulai terbangun dalam keluarga kita. Selanjutnya, terus pupuk dan rawat dengan cinta yang senantiasa merona dalam kebersamaan keluarga kita.
Sumber tulisan :
Diskusi Dongeng Kelas Fasilitator Bunda Sayang Nasional, 2017
Institut Ibu Profesional, Review Materi 10 Bunda Sayang, 2017
Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak 2, 2001
Proses belajar di Keluarga Baskom Team, 2017
Masya Allah...