top of page

Ibu Profesional, Kesempatan Emas Jadi Perempuan Bahagia Di Musim Pandemi


Septi Peni Wulandani/ Foto: Agung Hadiawan
Septi Peni Wulandani/ Foto: Agung Hadiawan

“Pandemi jangan dipandang sebagai masalah yang menambah beban seorang ibu,” tutur Ibu Septi, Founder Ibu Profesional. Ibu Septi menghimbau agar menjadikan pandemi sebagai kesempatan kembali ke fitrah perempuan, bukan sebagai tambahan beban.


Ibu Septi mengatakan bahwa sebenarnya sudah sejak lama seorang ibu akrab dengan kehidupan work from home hanya saja tidak semua ibu menjalankannya secara mindful. Karena itulah ketika pandemi datang, ibu seolah memulainya dari nol.


Ketika pandemi datang, perasaan ibu yang ada adalah khawatir tentang kesehatan anak-anak, kesehatannya pribadi maupun pasangan. Namun ternyata kekhawatiran para ibu tidak berhenti sampai di situ.


Terdapat ‘penyakit turunan’ seperti penyempitan saluran ekonomi dan peradangan sosial--misalnya anak-anak yang terakses internet dan yang tidak, serta jurang antara ibu yang melek teknologi dengan yang tidak. Perbedaannya terpampang nyata selama pandemi. Banyak ibu mengaku stres selama berada di rumah sepanjang pandemi.


Lalu bagaimana agar kita mampu menjadi ibu profesional di masa sulit ini?


Ubah Mindset, Hadirkan Optimisme

Mengubah mindset adalah hal yang harus ibu lakukan pertama kali. MASALAH diganti => PELUANG & TANTANGAN.

Tidak ada yang namanya masalah. Kita ubah mindset kita bahwa semua yang terjadi adalah peluang dan tantangan. Dengan adanya mindset baru, kita akan menjadi pribadi yang optimis. Sebelumnya kita menganggap pandemi = masalah, kita ubah menjadi pandemi = peluang dan tantangan. Dengan menghadirkan mindset baru, hidup kita jadi lebih punya peluang dan makin tertantang.


Selanjutnya, setelah pandemi menjadi peluang dan tatnangan, para ibu dapat menghadirkan mindset baru tentang kebahagiaan. Kita kerap kali mengidentikkan kebahagiaan dengan mendapatkan semua yang kita inginkan. Padahal, kebahagiaan sejatinya adalah bagaimana kita menghadapi segala kondisi dalam hidup ini dengan pola pikir positif.


Dengan kata lain, ketika kita mampu merespons ketidakidealan yang kita temui dengan sikap terbaik, kebahagiaan itu pasti hadir. Tidak peduli berapa besar pendapatan yang berkurang selama pandemi dan tidak peduli berapa banyak tugas anak yang harus dikerjakan dari rumah. Kita bisa optimis menjadi sukses setiap hari.


Good Management Untuk Keluarga Mandiri

Ibu diharapkan mampu menjadi manajer yang baik bagi segenap anggota rumah tangga. “Ibu adalah manajer yang harus menjadikan seisi rumah menjadi pribadi mandiri,” ujar Ibu Septi.


Demikian juga bagaimana cara ibu mengaplikasikan manajemen waktu yang adaptif di masa pandemi. Para ibu tidak boleh mengorbankan diri dengan mengerjakan semuanya sendiri hingga mudah kelelahan dan emosi pun mudah memuncak. Bukankah semua anggota keluarga berada di rumah?


Sebagai solusi, para ibu dapat mengajak suami dan anak-anak berdiskusi. Ajaklah mereka untuk berkontribusi untuk kenyamanan rumah selama WFH dan LFH. Tantang anak-anak untuk bertanggung jawab dalam urusan rumah walaupun dalam skala kecil.


Misalnya si kakak yang mulai hobi masak, bisa membuat kreasi sarapan untuk seluruh keluarga 5 hari dalam seminggu. Atau si abang, punya tugas baru mengelap meja dan kursi di rumah agar bersih setiap hari. Tambahan tanggung jawab itu tidak melepaskan kewajiban pribadi seperti merapikan tempat tidur, menyikat gigi sebelum tidur, juga merapikan mainan setelah selesai bermain.


Ibu Bahagia di Segala Kondisi

Ketika ibu merasa mudah stres, kerepotan, dan sulit tersenyum, itu artinya ibu mulai jenuh. Ibu Septi menekankan pentingnya membagi waktu sebaik-baiknya agar kita tidak kehilangan waktu melakukan kegiatan yang membuat kita senang (me time).


Jikalau menonton membuat kita tertawa dan senang, sediakan waktu untuk menonton. Jika memelajari hal baru membuat kita bersemangat, sediakan waktu untuk membuka buku atau menjelajahi internet untuk menambah wawasan kita.


Para Ibu juga diharapkan bisa memotivasi diri untuk meraih kesuksesan setiap hari. Tak perlu terlalu memaksakan diri, cukup dengan satu atau dua target yang ingin dicapai dalam satu hari. Ketika kita berhasil menyelesaikan target tersebut, berilah reward pada diri sendiri—setidaknya dengan melakukan hal yang kita sukai dan menjadi lebih percaya diri menghadapi hari esok.


Satu hal lagi yang tak kalah penting adalah para ibu harus menjadi perempuan merdeka, yaitu perempuan yang mampu menciptakan kebahagiaannya sendiri hingga kemudian dapat menularkan kebahagiaannya ke seluruh penghuni rumah. Seorang ibu merdeka juga dapat menentukan kebahagiaan anak-anaknya. “Yakinlah bahwa seorang ibu harus bisa bahagia dalam kondisi apa pun dalam hidupnya,” tegas Ibu Septi.


Dengan berbagai pengetahuan dan wawasan seputar parenting yang sudah kita dapatkan selama ini, pandemi adalah kesempatan emas untuk bisa membuktikan apakah kita mampu menjadi ibu profesional atau tidak.


Terlebih lagi bagi para ibu yang selama ini sudah terjun di ranah publik dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah, pandemi memang menjadi tantangan tersendiri yang harus bisa ditaklukkan. Pandai-pandailah mengelola kejenuhan dengan menciptakan fun time bersama anak-anak.


Demikian pula bagi para stay at home moms, kehadiran suami dan anak dari pagi hingga sore hari di rumah, jangan sampai menambah beban pikiran dan pekerjaan rumah hingga menyulitkan kita menghadirkan makna bagi diri sendiri. Pribadi kita harus terus berkembang agar kita pun kian piawai menjalankan peran sebagai istri dan ibu.


Marilah kita bersyukur dan tak lelah berusaha menjadi profesional. Pandemi ini insya Allah menjadi jihad ibu juga merupakan kesempatan emas jadi perempuan bahagia secara utuh.

175 views1 comment

Recent Posts

See All
bottom of page