top of page

Jenuh, Stres, BurnOut : Perlunya Kesehatan Mental Anak Selama COVID-19

Updated: Oct 5, 2020

Dahulu, terdapat persoalan siswa merasa gelisah yang amat mendalam saat akan berangkat ke sekolah sampai-sampai bisa jatuh sakit. Ini merupakan satu persoalan psikologis School Anxiety Disorder berupa gangguan kecemasan untuk bersekolah. Kini, masalahnya malah terbalik. Justru tidak sedikit para siswa yang rindu segera kembali ke sekolah. Karena menurut mereka "Sekolah Daring Lebih Capek".


Hadirnya 'guru darurat' di rumah nyatanya belum bisa menggantikan peran guru di sekolah. Sejak wabah covid-19 hadir, jangankan menciptakan suasana belajar yang hangat, banyak orangtua serta anak-anak yang justru mengakui bahwa rumah terasa begitu mencekam. Anak-anak jenuh, ayah bunda pun penat luar biasa.

Gangguan Kesehatan Mental Saat Masa Pandemi

Perlu diketahui, terdapat beberapa contoh gangguan kesehatan mental saat pandemi, seperti:

1. Ketakutan atau kecemasan berlebih terhadap wabah.

2. Perubahan pola makan dan pola tidur.

3. Bosan dan stres karena terlalu lama berada dirumah.

4. Memburuknya kesehatan fisik dan gangguan psikomatis.


Tips Menjaga Kesehatan Mental Anak

Meski demikian, ada beberapa tips yang bisa dilakukan para orang tua untuk menjaga kesehatan mental anaknya. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental:


1. Siapkan konsumsi makanan bergizi


Makanan menjadi penting bagi tubuh anak Bunda. Menyiapkan konsumsi makanan sehat yang mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan serat untuk anak. Tubuh yang sehat secara langsung atau tidak ternyata berpengaruh terhadap kesehatan mental. Bunda bisa mencoba resep makanan kekinian home made, dan bisa mengajak anak untuk memasak bersama.


2. Ajak anak lakukan aktivitas fisik

Ajak anak bermain bola bantal/plastik di dalam kamar atau bisa juga dengan olahraga lainnya. Aktivitas fisik akan mempengaruhi tubuh dalam memproduksi hormon endorfin yang dapat meredakan stres, mengurangi rasa khawatir, dan memperbaiki mood anak.


3. Beri fasilitas anak untuk berkomunikasi dengan teman sekelas

Ajak anak untuk bercerita tentang kekhawatiran dan kecemasan yang dirasakan pada teman sekelas. Luangkan waktu agar bisa berkomunikasi dengan teman-temannya.


4. Hentikan kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk apapun sebaiknya perlu dihentikan untuk mengatasi kekurangan istirahat. Mengerjakan tugas sekolah daring sampai larut malam bukan hal yang baik. Ajak anak untuk mulai masuk kamar, bersih-bersih diri mulai jam 8 malam. Sehingga anak punya waktu tidur yang cukup, sehingga hormon bisa bertumbuh maksimal ketika anak sudah deep sleep.



Selain kesehatan mental anak yang dijaga, kesehatan orang tua pun perlu diperhatikan. Bunda tetap membutuhkan interaksi dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Pembatasan sosial yang kita rasakan saat ini tentu memerlukan solusi. Salah satunya bermedia sosial. Penggunaan media sosial dengan bijak mampu menjadi solusi untuk berinteraksi. Dengan demikian para 'guru darurat' bisa menciptakan suasana belajar yang hangat di rumah.


Lalu bagikanlah kenyamanan belajar di rumah, bagilah kebahagiaan di sosial media. Kenapa? Karena suasana nyaman dan kebahagiaan ini mampu menular.


Bagikanlah ide-ide menarik juga ide mengatasi stress, jenuh belajar daring bersama anak sebagai inspirasi bagi yang lain. Sehingga setiap orang tua yang menemani anaknya di rumah, tidak mati gaya. Sehingga setiap anak yang menemani orang tuanya, bisa berbagi cerita nyaman belajar di rumah dan ceria bersama.


Ibu Profesional sedang ada aksi seru Parade Live Streaming Road To Cloud 9, ada tema Hari Guru yang bisa dipilih untuk menceritakan perspektif kita sebagai orang tua terhadap guru di masa pandemi ini. Baca cerita lengkap dan ketentuannya di sini ya! Yuk ikutan, agar keseruan menghadapi hari-hari pandemi ini menular dan kita kembali berkumpul dengan kondisi riang gembira, sehat walafiat setelah pandemi berakhir.

56 views0 comments
bottom of page