top of page

KOMINFO dan Rumah Perubahan Gandeng Ibu Profesional dalam Penyusunan Roadmap Literasi Digital 2.0

Penulis : Utami Sadikin

Ibuprofesional.com - Kamis-jumat (18-19/10) Kominfo dan Rumah Perubahan mengundang Ibu Profesional untuk berperan aktif dalam Focus Group Discussion (FGD) penyusunan Roadmap Literasi Digital 2.0 yang bertempat di Mandarin Oriental Jakarta. Acara ini dihadiri oleh Tim KOMINFO RI, Prof. Rhenald Kasali, Tim Rumah Perubahan, 9 perwakilan kementrian, dan 23 perwakilan komunitas termasuk Ibu Profesional.


Penyusunan Roadmap Literasi Digital 2.0

Transformasi digital telah memberikan perubahan signifikan terhadap cara kerja dan interaksi dalam masyarakat baik dalam memfasilitasi kegiatan sehari-hari maupun perubahan kebutuhan keahlian pada dunia kerja. Dampaknya banyak menimbulkan tantangan baru di segala sektor. Mengingat hal tersebut, aspek literasi digital masyarakat menjadi penting untuk ditingkatkan. Oleh karena itu, penyusunan Roadmap Literasi Digital 2.0 untuk periode 2025-2029 menjadi esensial dalam upaya mewujudkannya dengan fokus pada peningkatan dan pemerataan kemampuan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat. Program Literasi Digital Tahun 2020 - 2024 yang dirancang pemerintah berfokus pada upaya mendorong masyarakat untuk dapat memahami basic penggunaan teknologi informasi. Program ini merupakan Gerakan Nasional untuk menanggulangi ancaman potensi bahaya penyebaran konten negatif melalui internet seperti hoaks, cyberbullying dan online radicalism. Upaya penanggulangan dilakukan dengan cara mensosialisasikan literasi digital ke berbagai sektor. Gerakan ini juga mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital. Focus Group Discussion (FGD) ini dilakukan sebagai forum diskusi untuk mengkonfirmasi keadaan di lapangan serta riset dan kajian yang telah disusun. Selain 2 diskusi bersama pada FGD 1 dan 2, ada pula pembagian FGD per segmen, yang bertujuan untuk memahami lebih baik keadaan, tantangan, dan harapan setiap segmen, serta pada akhirnya bisa menentukan indikator dan berdampak yang lebih efektif pada perkembangan literasi digital.


Diskusi Definisi & Karakteristik Ruang Digital

Hari pertama dibuka dengan pemaparan output program yang ingin dicapai oleh perwakilan KOMINFO RI kemudian dilanjutkan dengan prakata dari Prof. Rhenald Kasali sekaligus pemantik diskusi FGD hari pertama untuk mendefinisikan ruang publik dan 4 pilar literasi digital yaitu : digital ethic, digital skill, digital culture dan digital safety. Peserta FGD diajak mengisi beberapa pertanyaan di aplikasi mentimeter dengan diselingi film pendek tentang ruang digital dan esensi dari 4 pilar literasi digital. Selepas ISHOMA diskusi dilanjutkan dengan mengisi canvas-canvas yang memetakan tentang karakteristik dari 4 pilar literasi digital. Seperti pada digital skill, kita perlu memiliki kemampuan mencerna sebuah informasi, semisal sebuah konten dinyatakan layak share jika valid informasinya lalu adanya data sumber yang terpercaya. Pada sesi ini setiap perwakilan kementrian dan komunitas menuliskan apa saja yang sudah dijalankan sehubungan dengan karakteristik dari setiap pilar. Dan menuliskannya pada canvas-canvas yang tersedia di setiap sudut ruangan tentang 5 priorotas apa saja yang perlu dikembangkan dari hasil pemetaan setiap perwakilan. Acara ditutup dengan pemaparan dari setiap perwakilan kelompok tentang 3 prioritas utama yang sudah disepakati dari masing-masing kelompoknya.




Diskusi kondisi literasi digital di Indonesia

Pembahasan hari kedua Focus Group Discussion (FGD) ini tentang kondisi literasi digital di Indonesia. Diskusi semakin menarik karena membedah tentang data dan fakta kementrian riset dan KOMINFO RI selama 2020 - 2022 lalu peserta diskusi diajak mempelajari 10 canvas negara di dunia yang memiliki kemajuan literasi digital dalam 10 tahun terakhir. 10 negara ini adalah India, Canada, UK, Singapura, China, Jepang, Qatar, Estonia, Australia dan USA. Kemudian diminta untuk memetakan sistem mana saja dari setiap negara yang sudah baik dan dapat diadopsi di Indonesia dengan tentunya melengkapi bahan pertimbangan serta durasi waktu untuk mencapainya. Selepas ISHOMA, diskusi dilanjutkan dengan pemetaan persona yang ada di beberapa ruang publik seperti tempat ibadah (masjid, gereja, wihara, pura), sekolah, kantor, tempat pelayanan kesehatan (RS / Puskesmas), pusat layanan publik (Kelurahan, kecamatan, dsb), pusat perbelanjaan (pasar / mall). Masing-masing kelompok akan berputar berkeliling dari kanvas-kanvas yang ditempel di setiap sudut ruangan dan diminta mengisi kebutuhan digital dari masing-masing persona. Seperti seorang ustadz membutuhkan platform untuk mendukung kajian onlinenya, atau seorang guru membutuhkan pendukung 3 materi ajar dari chanel platform tertentu. Sehingga bisa saja 1 orang dengan beberapa peran akan memiliki lebih dari 1 kebutuhan digital yang pastinya akan berbeda lagi dengan sesamanya. Maka dari sini akan dapat dipetakan kebutuhan dasar para aktif digital di Indonesia dengan kerangka roadmap yang ingin dicapai dalam 5 tahun kedepan. Kerangka roadmap awalnya dibuat dalam 5 skala prioritas utama dari masing-masing perwakilan lalu dikerucutkan dengan menggabungkan dalam 1 kelompok untuk dicari irisan dasar dari setiap perwakilan dan dipilih 3 teratas yang perlu dilakukan sesegera mungkin. Pada sesi akhir, semua hasil yang disepakati setiap kelompok dipresentasikan dan dikumpulkan.


4 Pilar literasi digital yang dibahas dalam FGD ini selaras dengan value Ibu Profesional yang sudah berjalan selama ini seperti berpikir kritis, perlindungan data anggota hingga kemampuan beretika dalam dunia digital. Kehadiran dan peran aktif Ibu Profesional dalam Focus Group Discussion (FGD) ini adalah upaya nyata untuk bersama-sama membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital.



bottom of page