top of page

Legend of Situ Sanghyang

Cerita Rakyat Tasikmalaya


Alkisah, pangeran dari Sukakerta jatuh cinta kepada seorang wanita cantik yang merupakan istri dari Resi Batara Galunggung. Sang pangeran nekat menculik wanita pujaannya saat sang Resi pergi tirakat.



Resi Batara Galunggung mencari istrinya dan menemukan pesta pernikahan besar-besaran di mana istrinyalah mempelai wanitanya.

Ia pun murka, kemudian menjelma menjadi budak buncir, dan memanggil segerombolan anjing untuk mengacaukan pesta pernikahan. Kekacauan ini menimbulkan suara riuh yang saling beradu atau disebut sebagai sanghyang.


Pangeran yang terganggu dengan riuh suara di luar akhirnya keluar menghadapi budak buncir. Budak buncir yang kembali menjadi sang Resi bersumpah akan berguru kepada siapa saja yang mampu mencabut tujuh lidi yang ia tancapkan ke bumi.



Tidak ada seorangpun yang sanggup mencabut lidi yang ditancapkan sang Resi. Akhirnya sang Resi mencabut lidinya dan memancarlah air yang tak terbendung sehingga membetuk situ (danau).



Akibat sakit hati istrinya direbut pangeran, sang Resi pun mengucapkan kutukan bahwa pangeran beserta seluruh pengikutnya akan tenggelam dan menjadi ikan. Selain itu, situ tersebut menjadi situ yang terkutuk, tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.



Kisah terkutuknya situ sanghyang sampai ke kasultanan Islam Cirebon. Kasultanan Cirebon pun mengutus eyang Prabu Linggawastu untuk ngalokat cai : membersihkan kutukan situ sanghyang sehingga masyarakat sekitar situ dapat memanfaatkan sumber daya situ sanghyang. Akhirnya kini situ sanghyang dapat dimanfaatkan warga sekitarnya dan termasuk objek wisata alam yang dicintai masyarakat Tasikmalaya.




Penulis : Media Komunikasi Tasikmalaya

58 views0 comments
bottom of page