top of page

Literasi Sebelum Digitalisasi, Menciptakan Ruang Digital Yang Aman Bagi Anak

  • Writer: Media Komunikasi IP
    Media Komunikasi IP
  • May 8
  • 3 min read

Oleh : Nesri Baidani, Sekretaris Yayasan Ibu Profesional Mandiri


Tak dapat dimungkiri, dunia digital khususnya yang terhubung dengan internet sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Anak-anak sudah melihat bagaimana ayah dan ibunya tidak dapat lepas dari ponsel dalam berbagai kegiatan. Saat ini, 80% anak usia sekolah telah mengakses internet dengan rata-rata penggunaan lebih dari 7 jam per hari. Menurut data dari BPS, pada tahun 2023, 46,2% anak dan remaja mengalami kecanduan gim daring. Padahal, menurut data Kemenko tahun 2025, hanya 37,5% anak yang pernah menerima edukasi keamanan digital. Tidak mengherankan, survei Siberkreasi pada tahun 2022 memperlihatkan bahwa 82% anak Indonesia membagikan data pribadi tanpa pengawasan orang tua.


Platform digital, memiliki kepentingan untuk membuat para penggunanya terikat dengan platform tersebut. Tidak heran, aplikasi-aplikasi pun didesain dengan antarmuka yang menyenangkan serta fitur-fitur yang membuat kita kembali lagi untuk membuka aplikasi setiap hari. Anak-anak yang masih belum sepenuhnya mampu membedakan mana yang aman dan mana yang berbahaya pun menjadi kelompok rentan di ruang digital.


Dalam kondisi seperti ini, sudah selayaknya pemerintah hadir membawa regulasi yang tegas untuk mengatur Penyedia Sistem Elektronik (PSE) agar hak-hak dan keselamatan anak dapat terlindungi. Untuk itu, pada 28 Maret 2025, pemerintah mengesahkan PP Tunas, Peraturan Pemerintah Tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Perlindungan Anak. PP Tunas menyasar para penyedia sistem elektronik untuk menyiapkan desain aplikasi yang ramah anak dan melindungi keselamatan anak di dunia digital.


Nesri Baidani dan Ria Asyrofa mewakili Ibu Profesional pada Beranda PSPK, Menciptakan Dunia Digital Yang Aman Bagi Anak
Nesri Baidani dan Ria Asyrofa mewakili Ibu Profesional pada Beranda PSPK, Menciptakan Dunia Digital Yang Aman Bagi Anak

Pada 25 April 2025 yang lalu, Ibu Nesri Baidani, Sekretaris Yayasan Ibu Profesional Mandiri, bersama dengan Ibu Ria Asyrofa, Manajer Bunda Sayang Institut Ibu Profesional, berkesempatan menghadiri Beranda PSPK dengan topik Menciptakan Ruang Digital Yang Aman Bagi Anak. Acara ini merupakan sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan umpan balik terkait PP Tunas yang sudah disahkan sebulan sebelumnya. Pada kesempatan ini, hadir sebagai narasumber Ibu Fifi Aleyda Yahya, Dirjen Komunikasi Publik Kemenkomdigi; Bapak Anindito Utomo, Dewan Pakar PSPK; dan Ibu Indri D. Saptaningrum, Kepala Bagian HTN Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya.


Kiri : Anindito Utomo, Psikolog, Dewan Pakar PSPK. Kanan : Fifi Aleyda Yahya, Dirjen Komunikasi Publik, Kemenkomdigi
Kiri : Anindito Utomo, Psikolog, Dewan Pakar PSPK. Kanan : Fifi Aleyda Yahya, Dirjen Komunikasi Publik, Kemenkomdigi

Pada kesempatan ini, Ibu Indri menyatakan bahwa kita tidak bisa sepenuhnya mempercayakan perlindungan anak kepada teknologi. Pernyataan ini juga didukung oleh Bapak Anindito Utomo dengan menambahkan bahwa kompetisi antar platform digital mengharuskan para pengembang aplikasi membuat fitur-fitur yang dapat mengikat perhatian para pengguna. Teknologi memang dapat membantu kita melindungi anak-anak di dunia digital, tetapi yang lebih penting dari itu adalah literasi sebelum digitalisasi.


Literasi dalam konteks daya nalar perlu dikuatkan terlebih dahulu sebelum anak diberi kebebasan menjelajahi dunia digital. Dunia digital bukan sekadar bidang segi empat yang berpendar. Sebagaimana namanya, kita harus memandangnya sebagai suatu dunia atau universe tersendiri. Sebagai sebuah dunia yang sangat luas, tentu kita perlu membekali anak-anak kita terlebih dahulu sebelum melepasnya menjelajahi dunia luas. Pendampingan pada masa-masa awal penjelajahannya tentunya sangat diperlukan.


Salah satu program Ibu Profesional, Bunda Sayang, yang merupakan salah satu program besutan Institut Ibu Profesional memasukkan materi tentang literasi digital ini ke dalam kurikulumnya. Untuk mendampingi anak-anak menjelajahi dunia digital, tentu kita, sebagai ibu, perlu lebih dulu melek digital. Dengan demikian, kita dapat mendampingi anak-anak bertumbuh dan berkembang serta belajar di dunia digital.


Untuk mengimbangi aktivitas-aktivitas di dunia maya, A Home Team memiliki program-program yang terfokus pada penguatan keluarga sehingga menjadi tim yang solid. Salah satu yang baru diluncurkan akhir April lalu adalah boardgame Yuhuuu!, yang dapat menjadi alternatif kegiatan bersama keluarga.


PP Tunas adalah langkah maju yang perlu diapresiasi dan dikawal terus implementasinya agar tetap dalam koridor yang tepat. Pada kesempatan ini, Ibu Fifi Aleyda Yahya juga mendorong warga negara Indonesia untuk terus memberi masukan demi kesempurnaan PP Tunas ini, sehingga dunia digital yang aman bagi anak dapat tercipta.










留言


bottom of page