Bismillahirrahmanirrahiim
Tulisan ini merupakan rangkaian tulisan ketiga dari project keluarga kami selama tahun 2018. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
Dari evaluasi pelaksanaan kegiatan Cangkrukan Kamisan selama periode bulan Februari sd Juni 2018 seperti yang saya tuliskan di rangkaian tulisan saya yang kedua, kami berkesimpulan bahwa bentuk diskusi lepas mingguan hasilnya kurang maksimal untuk mengupgrade kemampuan peserta mengenai masalah parenting dan persiapan pernikahan. Ada keinginan juga dari kami untuk meluaskan manfaat kajian ilmu parenting dan persiapan pernikahan yang kami lakukan, tidak hanya kepada internal mahasiswa UIN SMH Banten dan alumninya, tapi juga bagi masyarakat Banten secara luas.
Maka kami merumuskan ulang bentuk kajiannya, memperbaiki kurrikulumnya dan lebih memformalkan acara tersebut dengan bentuk pelatihan offline tatap muka. Dan dari hasil diskusi dengan teman-teman yang biasa datang di acara Cangkrukan Kamisan, maka kami sepakat untuk membuat Training Pranikah dengan nama Road To Halal Course. Road To Halal Course (RTHC) ini menyasar segmen peserta laki-laki maupun perempuan, dari umur 18 tahun yang masih lajang, baik yang beraktivitas dirumah, bekerja di publik, maupun yang masih kuliah.
Saat pendaftaran RTHC dibuka, ada beberapa yang menanyakan mengapa tidak dibuat kelas online. Alasan kami karena ini training pranikah, maka pesertanya yang masih lajang ini mesti perlu banyak bertemu, bersilaturrahim dan berjejaring dengan orang-orang yang baik, dan saling menolong dalam kebaikan. Karena di masa depan, tidak ada yang tahu asal jodoh datang dari mana dan sebab apa datangnya. Maka bertemu dengan banyak orang yang satu atmosfir kebaikan, merupakan salah satu ikhtiyar mendekat dengan jodoh.
Rencana awal, kurrikulum RTHC ini terdiri dari sepuluh materi dengan sebelas kali pertemuan, termasuk sesi perkenalan. Setelah kami berdiskusi dengan beberapa teman, pertimbangan mereka perlu kami dengarkan. Karena RTHC ini rutin digelar trainingnya tiap minggu, maka kami mesti mengantisipasi jika peserta berhalangan datang atau bosan mengikuti training ini, karena durasinya yang panjang. Akhirnya dengan pertimbangan itu, dan untuk menjaga komitmen peserta tetap terjaga, maka sepuluh materi training tersebut kami pecah menjadi 2 level. Untuk RTHC level pertama yang diselenggarakan selama enam minggu, materi trainingnya terdiri dari:
1. Kontrak Belajar & Motivation Training
2. Membangun Konsep Diri & Personal Branding Untuk Mencari Pasangan
3. Pengantar Innerchild Healing
4. Norma Hubungan Pranikah & Visi Misi Pernikahan
5. Komunikasi Aku, Kamu & Kita
Dari launching pendaftaran tanggal 20 Agustus 2018, alhamdulillah dalam kurun waktu dua minggu, calon peserta RTHC yang ditargetkan 50 orang terpenuhi. Terdiri dari 12 orang peserta laki-laki dan 38 orang peserta perempuan. Dengan sebaran peserta terdiri dari mahasiswa, pekerja kantor, guru, pedagang olshop, aktivis organisasi sosial masyarakat dan ada yang beraktivitas dirumah. Range usia peserta dari 19 tahun sampai 32 tahun.
Menariknya, selama pendaftaran RTHC ini ada beberapa calon pendaftar yang sudah berumah tangga dan ingin ikut training tersebut. Alasannya karena ada beberapa materi yang dibutuhkan untuk mereka pelajari walaupun sudah menikah, antara lain materi tentang Innerchild Healing, Visi Misi Pernikahan dan Komunikasi Dengan Pasangan. Sehingga itu memberi ide pada kami, mungkin suatu saat nanti kami akan mengadakan pelatihan bagi pasangan yang sudah menikah tentang ketiga materi tersebut.
RTHC Level 1 diselenggarakan dari tanggal 14 September 2018 sampai 19 Oktober 2018. Karena training ini digelar tiap hari jumat dari jam 14.00 sd 16.30 Wib, ternyata itu jadi kendala tersendiri bagi beberapa peserta, khususnya bagi para pekerja, mahasiswa dan guru SDIT yang sebenarnya di jam itu masih ada aktivitas ditempat kerja dan perkuliahannya. Sehingga yang awalnya peserta berjumlah 50 orang, diakhir pelaksanaan training selama enam minggu, peserta yang tetap bertahan dan dinyatakan Lulus sebanyak 35 orang. Dari 15 orang yang memutuskan tidak menyelesaikan training karena kesibukan dari temapat kerja dan kuliah, ada yang mengundurkan diri karena mengikuti training sekedar ikut-ikutan teman.
Menjadi penyelenggara sekaligus salah satu narasumber di Road To Halal Course Level 1, membawa banyak cerita tersendiri. Saya jadi terlibat secara emosional dengan peserta dan menyelami berbagai persoalan hidup yang dirasakan peserta, yang menjadi motivasi mereka mengikuti training pranikah ini.
Ada yang trauma dengan pola asuh dimasa lalu sehingga trauma untuk menikah, ada yang galau karena sudah berumur walau karier mapan tapi jodoh tak juga datang, ada yang ingin move on dari mantan, ada yang sedang di persimpangan apakah memilih terus bersama dengan calon yang sekarang atau mengakhirinya untuk mencari yang terbaik bagi masa depan, dan banyak yang motivasinya ingin belajar tentang ilmu mempersiapkan diri memasuki jenjang pernikahan dan meluaskan pertemanan.
Kami sangat bersyukur pelaksanaan Road To Halal Course ini dibantu tim panitia yang kompak saat sesi diskusi kelompok, tugas berpasangan, sesi konseling kelompok maupun individu, sehingga suasana training tetap asyik dan materi tersampaikan dengan baik.
Kami memang tidak menjanjikan untuk mencarikan pasangan bagi yang belum punya, seperti training pranikah lain. Tapi kami menyiapkan ilmu untuk meningkatkan kualitas diri dan bekal memasuki jenjang pernikahan.
Dari pelaksanaan RTHC Level 1 selama enam minggu tersebut, ada beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi perbaikan untuk modal training di tahun 2019:
1. Peminat dan pendaftar training pranikah yang kami selenggarakan didominasi perempuan, peserta laki-laki sangat sedikit. Ini perlu dicari tahu apa sebabnya dan strategi apa yang perlu dilaksanakan untuk menarik peserta laki-laki mengikuti training pranikah. Mengingat laki-lakipun butuh untuk mempelajari ilmu persiapan sebelum memasuki jenjang pernikahan, terlebih tanggung jawab sebagai pemimpin rumah tangga kelak membutuhkan ilmu untuk mampu mengarunginya.
2. Dari feedback peserta di akhir training, beberapa mengusulkan training kedepan digelar saat weekend, tidak di waktu weekday. Sehingga peserta bisa lebih tenang mengikuti training, tidak terganggu oleh agenda dari tempat kerja atau tempat kuliah.
3. Kedepan, perbaikan kurrikulum dan metode training perlu dilakukan. Mencoba bentuk seminar atau workshop selama 2 hari untuk menuntaskan materi dalam waktu yang lebih singkat.
Alhamdulillah Wasyukurillah
Comments