top of page

Oleh-oleh Diskusi Terpumpun Bersama Kemendikbudristek

Tanggal 14-16 Oktober 2021 lalu, komunitas Ibu Profesional mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi salah satu peserta perancang program dan kegiatan masa transisi anak usia dini ke SD. Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber dari direktorat PAUD dan direktorat SD. Ditambah dengan para penyusun draft naskah sebanyak 24 orang. Terdiri dari unsur organisasi mitra PAUD (IGTKI dan HIMPAUDI), akademisi (UNES), praktisi (PAUD Lil Bee Bekasi, sekolah cikal serpong, TK Darul Abidin Depok, asosiasi pendidikan guru PAUD), komunitas parenting (keluarga kita, Ibu Profesional), bukadata, direktorat guru SD dan direktorat guru PAUD dikmas.


Diskusi pun mulai mengalir. Masing-masing perwakilan menyampaikan pandangannya tentang masa transisi AUD ke SD. Kami semua sepakat bahwa pertama kali bersekolah merupakan pengalaman penting bagi seorang anak maupun keluarganya. Pandangan terbaru menyatakan bahwa transisi ke sekolah dan kesiapan bersekolah merupakan dua konsep yang tidak terpisahkan. Bukan semata dinilai dari kemampuan anak namun harus dilihat pula peran lingkungan dalam memberikan dukungan kepada anak.


Ada beberapa faktor yang dapat mendukung keberhasilan seorang anak dalam melewati masa transisi sekolah dari usia dini ke jenjang SD.


Pertama, program transisi yang akan didiskusikan nanti diharapkan mampu memberikan kesempatan pada anak dan keluarga untuk lebih mengenal lingkungan sekolah dan guru yang akan mengajar.


Kedua, kontinuitas program belajar. Transisi juga bisa menjadi sulit ketika budaya sekolah di SD bertentangan atau tidak berkesinambungan dengan pengalaman anak di satuan PAUD.


Komunikasi antara pihak satuan PAUD dan SD perlu dijalin agar berkelanjutan dalam pembelajaran pada kedua jenjang belajar tersebut.


Ketiga, teman sebaya. Ya, teman sebaya dianggap mampu memberikan dukungan emosiaonal bagi anak. Anak tak akan merasa asing di lingkungan baru bila guru dan orang tua saling membantu menguatkan anak dalam hal karakter bukan akademik semata.

Tahun ini, direktorat PAUD Dikmas mempertimbangkan tiga faktor di atas untuk merumuskan program dan kegiatan yang relevan bagi peningkatan kapasitas guru dalam implementasi transisi anak ke Sekolah Dasar.


Dalam brainstorming saat itu, banyak sekali kasus di lapangan yang disampaikan. Dari semua itu, ada satu hal menarik buat saya bahwa ternyata direktorat SD baru 'ngeh' adanya gap proses belajar antara jenjang PAUD dan SD. Contoh sederhana yang jamak dilihat dan dirasakan adalah proses belajar calistung. Calistung bukan menjadi tolak ukur lulus tidaknya anak PAUD. Jenjang PAUD hanya menstimulus anak terkait calistung. Bila kemudian anak bisa membaca, itu hanya bonus.


Begitu anak masuk jenjang SD, kondisi memaksakan anak-anak untuk mampu mandiri dalam hal akademis. Miris sekali bila masih ada jenjang SD yang menjadikan calistung sebagai persyaratan PPDB (Penerimaan Siswa Didik Baru). Pun buku paket SD yang seolah-olaj menuntut anak untuk mandiri baca tulis. Sehingga menjadi wajar bila kemudian orang tua memberikan les calistung saat anak di tahun akhir TKB.


Diskusi malam itu ditutup dengan kesepakatan tujuan draft rencana program dan kegiatan untuk menjembatani antara PAUD dan SD. Apa yang harus diperbaiki di satuan PAUD dan di satuan SD.


Berlanjut dengan pembagian tiga kelompok diskusi kelompok terpumpun . Masing-masing kelompok membuat draft rancangan sesuai kebutuhan dan tujuan dari masa transisi anak. Kelompok satu akan membuat draft tentang rancangan bahan ajar. Kelompok dua membuat draft rancangan program dukungan dari keluarga. Kelompok ketiga tentang NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kritria) transisi sekolah. Komunitas Ibu Profesional ada di kelompok dua bersama komunitas Keluarga Kita, praktisi PAUD Lil Bee dan Asosiasi Pendidikan Guru PAUD.


Diskusi sangat mengalir dimulai dari berbagi pengalaman di wilayah kerja masing-masing. Mencatatkan poin penting untuk dimasukkan menjadi draft rancangan support keluarga dalam program masa transisi. Salah satu referensi diskusi adalah buku saku pemerintah, sangat bagus sekali, namun mungkin belum banyak terdistribusi dengan baik ke masyarakat.



Mendapat kesempatan untuk melakukan perubahan melalui draft rancangan ini, adalah kesempatan luar biasa. Program belajar yang telah dilaksanakan Ibu Profesional banyak dimasukkan ke dalam draft rancangan dukungan keluarga dalam masa transisi. Mulai dari melibatkan peran ibu dan ayah dalam pengasuhan, wadah dan ruang belajar yang menarik, baik online atau pun offline, pemilihan gamifikasi hingga melibatkan fasilitator yang juga orang tua, untuk saling mengisi satu sama lain guna mendukung masa transisi anak menuju jenjang SD.


Program yang dirancang untuk memberikan dukungan dari sisi orang tua salah satunya adalah saling belajar dengan sesama orang tua. Orang tua di bawah persatuan orang tua murid dalam setiap sekolah, diharapkan mampu menguatkan dan bersinergi terhadap jenjang belajar guru PAUD dan SD. Tak hanya guru yang belajar mendidik anak, namun orang tua juga harus melakukan hal yang sama. Sehingga tak ada lagi missing link diantara jenjang PAUD dan SD.


Perjalanan draft ini masih sangat panjang. Draft yang sudah dirumuskan, harus diajukan kepada tim di kemendikbudristek. Ditelaah oleh tim khusus, direview kemudian didetilkan kembali hingga akhirnya disetujui oleh tim khusus tersebut.


Dengan ikut terlibatnya komunitas parenting dalam pembuatan draft rancangan yang berhubungan dengan pendidikan anak berkelanjutan ini adalah angin segar buat kita semua. Pemerintah mulai melibatkan banyak pihak dalam menyelesaikan tantangan pendidikan yang ada selama ini, termasuk komunitas.


Diskusi kelompok terpumpun yang sedianya akan diadakan selama tiga hari, ternyata diselesaikan dua hari saja. Padat hingga malam menjelang. Draft pun selesai diplenokan dengan baik. Siap dibawa ke meja tim khusus untuk ditelaah. Saya makin yakin bahwa tak ada peran kecil dalam dunia ini. Karena setiap kita saling mempengaruhi satu sama lain dengan cara uniknya sendiri.


Terima kasih Ibu Profesional untuk kesempatan belajarnya kali ini yang tak hanya membuat binar mata makin blink-blink tapi detak jantung makin kencang terpacu.


Ika Pratidina-Direktur Pendidikan Institut Ibu Profesional


305 views1 comment
bottom of page