5 Alasan Bunda Marah ke Anak Balita, Jangan-jangan ini semua demi Kepentingan Bunda?
- Hepi Risenasari
- Nov 27, 2017
- 4 min read
Bunda, sering ya kita bingung, kita ini bukan pemarah, tapi kok sering mendadak marah ke anak balita kita? Padahal alasan kita marah sebenarnya hal sepele yang tidak perlu kita respon dengan teriakan, kata-kata yang cukup kasar, maupun sampai tindakan fisik.
Misalkan saat Anak kita tidak mau mandi, kita mengomelinya panjang lebar.
Anak kita tidak taat aturan yang sebenarnya bukan aturan baku, eh kita berteriak sampai membuatnya kaget dan menangis. Uhm Bunda...sering kah begini? Saya sering Bunda, dan setelah itu saya sangat menyesal. Hiks..
Bunda sebenarnya marah adalah hal yang wajar kok. Tapi saat kita tiba-tiba sering marah ke anak padahal kita adalah tipikal perempuan yang sabar dan cenderung jarang marah, Nah ini ni yang Bunda perlu evaluasi diri. Saya mengambil salah satu cuplikan tulisan dalam (1) Model kemarahan dari Dr. Jerry Deffenbacher's 1996, kemarahan adalah hasil dari kombinasi respon kita dari beberapa kejadian pemicu, kualitas individu (karakter maupun kualitas diri), dan bagaimana individu merespon semua kejadian yang ada di sekitarnya utamanya kejadian yang tidak biasa dan tidak menyenangkan.
Jadi ni Bunda, marah ternyata punya pemicu. Berikut lima alasan pemicu marah yang saya kompilasikan dari beberapa blog (2) :
1. Kita mengambil hati atas apa yang balita kita lakukan
Anak tiba-tiba berteriak atau memukul kita, dan itu sangat sakit.
Atau anak berteriak kepada kita dan kita menganggap itu tidak sopan.
Anak berkata tentang sesuatu yang tidak enak di dengar
Bunda, saat anak balita memukul atau berteriak, maka bisa saja kita meresponnya dengan " Lho ko dia memukul saya? kan sakit? emang dia tidak tau ini sakit?" atau yang lebih ekstrim
"Anak ini gimana si, teriak-teriak sama orang tua, tidak sopan".
Uhm Bunda, jangan-jangan saat anak balita kita berbuat demikian tadi, kita sebenarnya tau bahwa itu adalah bagian dari respon dia saat sedang lelah atau tidak suka sesuatu. Kita sadar, bahwa mereka melakukan tindakan wajar saat mereka merasa tidak nyaman. Tapi kita terlalu mengambil hati! Kita sakit hati atas apa yang anak katakan atau lakukan sehingga kita marah?
2. Antara keinginan dan kenyataan tidak sejalan
Bunda, saat kita mempelajari ilmu parenting, tentu saja pikiran kita penuh dengan teori mendidik anak yang harus kita terapkan di rumah ya. Semua teori membutuhkan hasil dan kondisi ideal bunda, dan saat kondisi tidak sesuai apa yang ada dalam teori kita mendadak panas dan kesal. Kenapa sih, anak ini tidak sesuai dengan apa yang ada dalam teori? Jangan-jangan nanti dia akan begini, begini...
Panik dan kebanyakan galau! Barangkali itu tipikal bunda muda kayak saya ^^ Kita merasa telah melakukan banyak hal, tapi ternyata anak tidak meresponnya dengan baik. Lalu kita panik!
Kita merasa seharusnya di usianya yang ke sekian, dia sudah bisa melakukan segala cek list yang ada dalam millestone anak, eh kita panik lagi!
Kita merasa anak tetangga sudah bisa ini itu, dan anak kita belum bisa, waahh..kita panas!
Duh Bunda, padahal kita tau bahwa anak-anak adalah makhluk unik ya. Atau jangan-jangan pujian yang bunda butuhkan sebagai bunda yang baik ?Uhm...yuk Bunda, kita evaluasi lagi keinginan kita belajar dan menstimulasi banyak hal ke anak, demi kita atau demi anak?
3. Terlalu banyak yang sedang kita pikirkan
Sering kah kita merasa otak kita overload? Misalkan ni, kita sedang sibuk belajar atau mengerjakan tugas materi matrikulasi atau bunda sayang, lalu otak kita mendadak penuh? hehe...
Atau saat pekerjaan bunda yang sedang menumpuk, masalah finansial baik pekerjaan rumah tangga maupun pekerjaan bunda yang lain, ada masalah dengan suami atau keluarga, sampai ke masalah sepele seperti wajah bunda yang kusam atau genting yang bocor?
Perempuan biasanya membawa setumpuk masalah itu bersama-sama, sehingga otak kita terlalu penuh untuk memberikan space rasa sabar dan menerima apa yang terjadi di rumah. Apalagi saat anak sedang masa aktif dan ingin tahu lebih banyak, semua yang mereka lakukan jadi terlihat salah di mata kita.
Saya pernah berpikir, begini ya jangan-jangan yang dihadapi bunda-bunda yang khilaf menyakiti atau bahkan sampai membunuh anak-anaknya? Ya Allah...Astaghfirullah.
Happy Moms, Raise Happy Kids! Berhenti sejenak dari kegiatan bunda yang menyita waktu, kosongkan pikiran dan netralkan perasaan saat menghapi anak. Anak-anak juga berhak bahagia dengan didampingi bunda yang bahagia !
4. Lelah, lapar dan Mengantuk!
Saat aktifitas kita yang padat, kita lupa makan, sedikit beristirahat dan tetap melakukan aktifitas kita sehingga kita cepat lelah, mengantuk, dan lapar. Kombinasi siatuasi yang membuat kita lebih cepat marah ya Bunda? Rasa lapar mengaktifkan reaksi kimia di otak sehingga kita kehilangan kontrol diri. Bunda tentu ingat ya, lapar, lelah dan mengantuk membuat anak kita tantrum karena frustasi? Nah itu juga terjadi pada kita, lho Bunda!
Padahal, coba ingat lagi, aktifitas yang membuat kita sangat lelah sepanjang hari adalah aktifitas kita pribadi seperti menonton serial panjang sampai larut malam, membaca novel terlalu lama, megerjakan pekerjaan diluar pekerjaan rumah tangga sampai terlalu banyak online! Humm...Saya ni yang sering begini, padahal ini mah demi kepuasaan saya.
Yuk disiplin bunda dalam mengatur waktu, tidak ada salahnya kok istirahat dulu atau tidur sebentar saat anak sedang bermain atau saat ia sedang tidur. Pastikan selalu tersedia cemilan sehat seperti buah ya Bunda!
5. Kita lupa, anak-anak tetaplah anak-anak, mereka punya tahapan perkembangan!
Masa sih anak ini tidak bisa begini? Masa sih gitu aja nangis? Kok lambat banget si dia, dan sebagainya.
Pernah kah kita terlintas pikiran seperti ini Bunda? Kita ingin anak kita seperti kita, bisa mengerti dan merangkai makna lalu meresponnya dengan tepat. Kita kadang lupa, bahwa anak-anak tetaplah anak-anak, mereka juga dibatasi oleh millestone anak. Bunda, mungkin bukan mereka tidak mengerti, hanya saja mereka memiliki persepsi yang berbeda dengan kita dalam erespon sesuatu.
Selain hal-hal di atas, disiplin diri kita yang kurang bisa menjadi faktor pemicu kemarahan di waktu yang akan datang. Bunda yang malas membersihkan rumah, saat rumah makin berantakan, eh kita malah marah #ngacaaa
Selamat belajar dan mengevaluasi sebab kemarahan bunda, semoga kita bisa mengantisipasinya ya!

Sumber
(1) https://www.psychologytoday.com/blog/all-the-rage/201110/why-we-get-mad
(2) https://amotherfarfromhome.com/why-am-i-an-angry-mom/
Comentarios