Catatan ini merupakan reportase dari Diskusi Pendidikan yang diadakan tanggal 26 Februari 2018. Bertempat di Auditorium Perpustakaan Nasional RI lt.2, dengan Penyelenggara : EDU Foundation. Tema diskusinya adalah "Percepatan pemerataan kualitas dan akses pendidikan di era digital". Bertindak sebagai moderator adalah mbak Firly Savitri dari Ilmuwan Muda Indonesia.
🌸nara sumber:
🍏 Fiona Handayani dari pusat studi pendidikan dan kebijakan, menyampaikan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berfokus pada anak. pusat studi pendidikan selama ini telah mendampingi pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait pendidikan.
🍏 Rene Suhardono dari limitless campus memulai aktivitasnya dengan beranjak dari rasa gemas pada pendidikan saat ini. menurut beliau, pola pendidikan berbasis hafalan membuat orang tidak mengenali potensi dirinya. sehingga dari yang awalnya bergiat di bisnis, rene suhardono lalu membangun team untuk membantu mengenali diri dan pendampingan skill.
🍏 Sulistio Mukti Cahyono dari Direktorat Pembinaan SMK. Lulusan SMK diharapkan selaras dengan kebutuhan saat ini.
🍏Tyovan Ari Widadgo dari asosiasi start up indonesia dan juga CEO bahaso.com, sebuah aplikasi belajar bahasa. Disampaikan bahwa saat ini ada 60 startup yang berkembang dan sebagian besar di bidang pendidikan. Indonesia saat ini mengarah ke 3 besar pengguna education technology di Asia setelah India dan China.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Acara ini berupa sebuah diskusi yang seru sehingga setelah narasumber memberikan pengantar, kemudian peserta langsung berdiskusi dengan antusias.
Pertanyaan dari Bapak Rey (Komunitas Sabang Merauke) langsung dibahas bersama. Inti tantangan adalah meskipun sekarang banyak media pembelajaran digital, dan banyak aplikasi yang tersedia namun rasanya belajar via tatap muka terasa jauh lebih mengena. Tyovan menanggapi ini dengan argumen bahwa belajar online bisa mengatasi jarak.
Namun dari pembicaraan berkembang ada tantangan lain seperti keterbatasan akses internet, daerah-daerah yang belum mengenal PC, aplikasi yang tidak user friendly.
Dari peserta sendiri juga mengakui kadang aplikasi itu sudah di akses namun tidak tuntas dipelajari. Hampir mirip dengan komentar Pak Rey bahwa kalau tidak ketemu gurunya rasanya tidak sreg.
Sampai di titik ini, saya merasa bahagia bisa berada dalam komunitas ini dan belajar di IIP. Saya berterima kasih karena Ibu Septi telah memikirkan tahapan belajar sedemikian rupa sehingga menarik dan selalu memancing nenergi untuk menuntaskan ilmu. Sehingga rasanya pengen berbagi inspirasi dengan peserta yang terdiri dari pendidik, penggiat komunitas dan pemilik startup ini.
Awalnya saya menceritakan pola pendidikan di IIP, bahwa di IIP semua ibu perlu belajar agar menjadi pendidik handal bagi putra putrinya. Ibu tidak langsung belajar tentang dunia digital begitu masuk ke perkuliahan di IIP, namun ada proses menggugah semangat belajar dulu, muncul dulu kebutuhan ilmu dalam mendidik dan menemani anak. Setelah 11 bulan memiliki semangat belajar yang diikuti kebutuhan paham multimedia, barulah materi tentang multi media hadir.
Ini tidak selalu mudah bagi ibu yang selama ini tidak akrab dengan dunia digital, juga sulit bagi teman-teman peserta yang kesulitan akses internet. pun juga menyulitkan bagi ibu yang kegiatannya sedemikian padat tiap hari. Namun karena tiap diri ibu sudah ingin berubah, maka semua itu jadi tantangan. 10 aplikasi baru pun dengan semangat dipelajari.
Ketika ada pertanyaan dari mbak Firly dari Ilmuwan Muda Indonesia, apakah belajar multimedia ini benar bermanfaat? apakah aplikasinya dipakai?
Saya menjelaskan sebelum sampai ke materi ini, peserta sudah belajar untuk skeptis pada sumber ilmu dan memilih belajar pada bidang yang sesuai dengan timeline pembelajaran. Dengan begini menjaga ibu dari ilmu yang menarik namun tidak berperan bagi perkembangannya, dan juga menjaga ibu agar selalu kritis terhadap hal-hal
baru.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Pada acara ini juga dikenalkan crowdfunding platform khusus pendidikan bernama dukung.id. dukung.id ini hampir mirip seperti penggalanagn dana di kitabisa yang sudah duluan dikenal luas. Bedanya dukung.id muncul dengan spesialisasi bidang pendidikan.
Tujuannya:
1. Sebagai Crowdfunding pendidikan, dalam meningkatkan standar infrastruktur dan alat penunjang pendidikan
2. Mendukung inovasi dan menunjang peneliti yang memerlukan sokongan dana
3. Sebagai database kegiatan
Pemohon bisa memenyebutkan isi data pengajuan funding di website dukung.id dengan menuliskan detil kebutuhan dan besar dana yang diharapkan. Jika lolos verifikasi data, permohonan akan tayang di website dukung.id.
Postingan di web tersebut juga bisa di share ke media sosial. Dana yang diperoleh akan diberikan ke pemohon dikurangi 5% sebagai biaya pengelolaan website.
Dengan adanya dukung.id, harapannya semoga perorangan yang peduli dengan dunia pendidikan akan lebih mudah mendapat dukungan dana pendidikan.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Comentarios