top of page

because IT is nothing without attITude

Sebagaimana telah saya tuliskan pada tulisan ini bahwa ide mengenai att.IT.ude, sebuah portal edukasi literasi digital muncul pertama kali di angkot. Benar-benar di angkot, dimana 1 jam habis hanya untuk menanti si angkot ngetem. Namun kali itu berbeda, bukan hanya panas, plus dongkol, tapi suatu ide terlintas dan kemudian saya lanjutkan dengan oret-oret, pada saat itu juga. There's always blessing in disguise, right?


Semua berawal dari pemahaman bahwa teknologi informasi (IT) akan terus berkembang. Cara melakukan sesuatu baik itu pekerjaan, bersosialisasi, sampai belajar akan terus berubah seiring perkembangan teknologi tersebut. Sayangnya kita semua hanya fokus bagaimana mengadopsinya dan bagaimana agar tidak tertinggal baik dari sisi informasi up-to-date, rumpian di grup Whatsapp, isu dan komentar di Facebook, sampai yang produktif seperti Kulwap.


Pernahkan kita tersadar bahwa semua perkembangan teknologi ini datang tanpa pernah sekalipun kita dibekali pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakannya. Bukan sekedar urusan teknis, tapi kembali ke hal mendasar seperti "tepat guna" dan "bijak dalam memanfaatkannya".


Tapi, apakah hal ini penting?


Masih hangat, bahkan panas di media sosial, perseteruan antara ibu vaksin dan ibu anti-vaksin. Belum lagi hilang dari ingatan sisa-sisa perpecahan di masa Pilgub (rasa pilpres) Jakarta. Mungkin selanjutnya kita tidak hanya menyambut tahun baru 2018, tetapi juga episode perpecahan berikutnya antar x kubu, dimana x merepresentasikan jumlah calon presiden. Miris.

Alhamdulillah. Sisi baiknya itu semua terjadi di media sosial, bukan di dunia nyata. Pertanyaan dari sisi lainnya lah yang perlu kita jawab: mengapa bisa terjadi?

Belum cukup dengan pertentangan di sana sini, ibu di era digital juga dibuat ngeri dan baper oleh efek hoax dan fake news yang beredar di berbagai media sosial. Mastel memberikan press release hasil survey bahwa 44.3% responden menyatakan menerima hoax setiap harinya. Ini horor, padahal penyebabnya ‘cuma’ hal bohong.

Ada pula beragam berita mengerikan tentang isu LGBT, pornografi, cyber bullying, adiksi game & gadget, serta masih banyak lagi. You name it. Semua ada di berbagai portal berita utama yang sering kita akses. Ini juga horor, tapi kali ini penyebabnya hal nyata, beserta kengerian yang disajikan secara maksimal oleh penulisnya.

We live in constant fear and alert, BUT we are not even in war zone or conflict states.

What's wrong with us?

Sebelum menjawab, mari kita lihat dari sudut pandang yang positif. Betapa teknologi memudahkan sekaligus menyusahkan hidup kita semua. Tak terhitung jumlah kesempatan yang diperoleh dan waktu yang dihemat sejak kehadiran media digital. Begitupula dengan kesusahan yang ditimbulkan akibat ngos-ngosan berlari mengikuti segala informasi maupun perubahan yang berlangsung sangat cepat. Disrupsi.

Ya, banyak dari kita pasti sudah mendengar istilah ini. Ada yang paham. Ada yang hanya tahu sambil lalu. Jika mau menyadari, disrupsi telah menjadi bagian dari kita saat ini. Akibat mutlak dari perkembangan teknologi yang terus ada dalam upaya mempermudah hidup manusia. Disrupsi menuntut kita tidak hanya mampu menghadapi perubahan, tapi menjadikan perubahan bagian dari diri kita. Setiap hari.

Saya memahami bahwa salah satu kunci menghadapi disrupsi adalah dengan memahami teknologi itu sendiri, tren perkembangannya, cara memanfaatkannya dengan bijak untuk segala lini kehidupan, dan lebih jauh, menjadikannya jembatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kedua hal terakhir adalah pilihan pengetahuan yang ingin saya pelajari lebih dalam. Hal yang juga saya pilih sebagai ranah kontribusi. Hal yang menjadi jawaban atas pertanyaan: what's wrong with us, yaitu kita belum punya cukup ilmu untuk berbuat benar di era digital termasuk di dalamnya media sosial.


Inilah pentingnya digital literacy; literasi digital; kemampuan digital; kemampuan memanfaatkan media digital dengan bijak;

Tidak seperti ilmu lainnya. Banyak yang diajarkan melalui sekolahan. Ada juga yang kita pelajari sambil jalan. Bahkan kita cukup beruntung mempelajari beberapa ilmu melalui teladan. Bagaimana dengan literasi digital? Kita tidak pernah belajar di jalur sekolahan, tidak pula pernah memperoleh teladan. The first piece of puzzle.


Suami dan saya pernah diskusi dan sepakat, bahwa salah satu hal yang dapat mengubah suatu bangsa menjadi lebih baik adalah "edukasi". Simpulan ini menjadi potongan puzzle lain dari pertanyaan besar dalam hidup saya. Ini ceruk yang dapat saya isi, mengingat saya bekerja di ranah publik bidang edukasi, khususnya edukasi seputar IT.


Teringat kembali bahwa Allah memudahkan, bahkan memberi saya jalan tol untuk melanjutkan studi. Program belajar dimana saya 'ngeyel' memilih topik selaras untuk dipelajari. Another piece of puzzle.


Kemudian saya dipertemukan dengan generasi muda hebat yang kebetulan berpredikat "mahasiswa" di kampus yang sama dimana saya mengkaryakan diri. Mereka yang tidak sengaja saya titipkan mimpi namun bisa mengeksekusi dengan sangat cantik. Mengapa tidak kita bersama menjadi frontier dalam bidang edukasi literasi media. Aha! Again, a piece of puzzle.


Sudah banyak memang orang bergerak dalam hal ini, tapi tentunya ini tidak menyurutkan langkah ya.


Hei, it needs a village to raise a child.. moreover, what we raise is a generation..

Dan sampailah saya di tempat apa yang kami sebut keluarga, dimana saya bersyukur setiap hari dianugerahi suami dengan mimpi besar yang selaras namun dengan kemampuan yang lebih mumpuni. Kemudian ada dua krucil cerdas bukti nyata bahwa generation-Z itu ada. Generasi yang akan hidup di era serba digital. Generasi yang mengharuskan kita sebagai orang tuanya punya ilmu untuk mendampingi mereka. This is the last piece.


Sekarang semuanya lengkap, bahwa rangkaian potongan puzzle ini menunjukkan suatu gambaran utuh ranah yang harus saya, kami perjuangkan. Edukasi di bidang literasi digital. attitude.web.id menjadi jawaban untuk panggilan ini. Sebuah media berbagi dan belajar bersama mengenai literasi digital, terutama untuk sesama ibu dan orang tua. Dimulai dari hal sederhana melalui tulisan, semoga kelak bisa tumbuh menjadi gerakan perubahan nyata yang membawa manfaat untuk lebih banyak orang. Amin.


... because IT is nothing without att.IT.ude...



89 views0 comments
bottom of page